Kamis 17 May 2018 05:38 WIB

Teror Bom Sebabkan Sudut Pandang yang Digeneralisasi

Masyarakat telanjur dibuat paranoid kepada atribut MUslim.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari
Wanita bercadar, Wanita memakai cadar (ilustrasi).
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Wanita bercadar, Wanita memakai cadar (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat terorisme, Al Chaidar menjelaskan, rangkaian insiden pada Rutan Mako Brimob, bom di Surabaya hingga Sidoarjo selama beberapa bulan terakhir memberikan pengaruh besar dalam aspek sosial masyarakat. Di antaranya, menumbuhkan dan memperkuat sudut pandang bahwa teroris identik dengan seseorang beratribut Muslim.

Pemahaman ini merupakan eskalasi kejadian yang tidak disangka oleh siapapun. Termasuk jika publik melihat bagaimana pelaku menyiksa orang dengan sadis dan brutal hingga menimbulkan kemarahan.

"Masalahnya, kelompok yang bisa dibayangkan publik adalah mereka dengan cadar, celana cingkrang atau berjubah. Sebab, mereka dengan ciri ini yang ditampilkan pelaku," ucap Chaidar kepada Republika.co.id, Rabu (16/5).

Sejauh ini, publik belum memahami bahwa kelompok pelaku termasuk dalam wahabi takfiri, mereka yang suka mengkafirkan Muslim lain. Sedangkan, untuk kelompok lain, yakni wahabi jihadi dan sururi tidak memiliki prinsip tersebut. Bahkan, wahabi sururi cenderung anti jihad dan teror.

Atas keterbatasan pandangan ini, Chaidar menganjurkan agar adanya transfer ilmu. Masyarakat yang sudah lebih paham mengenai kelompok wahabi mampu mengajarkan kepada warga awam. "Sampaikan bahwa jangan menggeneralisir sesuatu, seperti pandangan bahwa mereka yang bercadar dan celana cingkrang pasti teroris," ujarnya.

Di samping masyarakat umum, Chaidar berharap ada tokoh agama yang turut serta memberikan penerangan grafis tentang teroris sebenarnya. Ini harus dilakukan sesegera mungkin mengingat sudut pandang generalisir sudah semakin 'mewabah' ke berbagai kalangan masyarakat.

Tidak kalah penting adalah keterlibatan polisi sebagai instrumen negara yang bertugas melindungi keamanan warga Indonesia. Mereka bisa memberikan edukasi kepada masyarakat dengan menerapkan kebijakan tanpa menghakimi berdasarkan penampilan seseorang. "Kalau ada yang menghakimi atau berlaku tidak adil karena dia pakai peci, sarung atau cadar, polisi justru mengajarkan hal tidak baik," tutur Chaidar.

Sebelumnya, sebuah video viral di internet menampilkan aparat yang memeriksa seorang pria berbaju koko dan sarung cingkrang membawa kardus dan tas ransel. Pria tersebut tampak marah-marah sambil membongkar kardus dan ransel bawaannya atas perintah polisi yang membawa senjata laras panjang.

Di Youtube, video tersebut berjudul "Takut Bawa Bom, Santri ini Digeledah" diunggah oleh akun bernama Video Pesanan. Video lainnya, wanita bercadar tampak diperiksa petugas setelah diturunkan dari sebuah bus di sebuah terminal. Video tersebut juga diunggah di Youtube dengan nama akun Jatim Times.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement