Rabu 16 May 2018 14:11 WIB

Kemenkominfo Akui Medsos Dorong Radikalisme

Tidak sedikit konten media sosial dikemas dengan sangat bagus dan menyentuh.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi Media Sosial
Foto: pixabay
Ilustrasi Media Sosial

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mengakui media sosial bisa menjadi sarana mendorong proses seseorang menganut radikalisme dan terorisme. "Proses mendorong orang untuk menjadi radikal, sangat mungkin terjadi di media sosial," kata Tenaga Ahli Kemenkominfo Donny Budi Utoyo dalam diskusi Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertema 'Cegah dan Perangi Aksi Terorisme' di Kemenkominfo, Jakarta, Rabu (16/5).

Ia mengatakan, terkadang banyak orang tidak sadar sedang mengakses situs yang menyebarkan paham radikalisme atau terorisme. Sebab, tidak sedikit konten-kontennya dikemas dengan sangat bagus dan menyentuh.

Ia mencontohkan, sekitar dua tahun lalu ada sebuah video dengan sinematografi yang bagus di Youtube berjudul Ayahku Teladanku. Ia mengatakan, video tersebut menceritakan film dokumenter tentang pelatihan perang terhadap anak usia pelajar menengah pertama. Film berdurasi sekitar 30 menit itu diawali kegiatan baris-berbaris dan beladiri yang dilakukan anak-anak.

Dalam film tersebut, ada seorang anak yang memberikan testimoni. "Saya mengikuti teladan ayahku, ayahku dibunuh oleh kafir dan sekarang saya harus membunuh kaum kafir," demikian dialog dalam film itu.

Kemudian, anak-anak yang selesai berlatih itu dikumpulkan dalam beberapa kelompok untuk memburu musuh. Seseorang telah menyiapkan seorang warga negara asing berkulit putih sebagai target dalam rumah kosong. Target tersebut ditempatkan pada satu titik dengan kondisi mata tertutup. Kemudian, anak-anak yang menemukan target harus mengeksekusinya.

"Ternyata, ini video ISIS. Menariknya, sudah ada terjemahan bahasa Indonesianya," ujar Donny.

Donny meyakini, film itu memiliki tujuan mendorong orang menjadi radikal melalui media sosial. Ia meyakini, apabila anak-anak menonton film tersebut, bisa dipastikan terpengaruh paham radikal.

"Karena menurut saya, kemasan dalam film ini dibuat secara profesional dan mudah dicerna anak-anak," kata dia.

Ia mengatakan, Youtube langsung menghapus film tersebut beberapa menit setelah diunggah. Saat ini, ia menjabarkan, ada 143 juta pengguna media sosial dari 262 juta penduduk di Indonesia. Mereka adalah orang-orang yang berpotensi terpapar virus radikalisme dan terorisme.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement