Rabu 16 May 2018 01:45 WIB

Ridwan Kamil Sesalkan Kericuhan di Debat Pilkada

Ia imbau kepada penyelenggara pilkada seperti KPU untuk membuat aturan lebih ketat

Pasangan calon gubernur dan wagub Jawa Barat nomor urut satu Ridwan Kamil (kiri)-Uu Ruzhanul Ulum (kanan) menyampaikan visi dan misinya pada Debat Publik Putaran Kedua Pillgub Jabar 2018 di Balairung Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (14/5).
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Pasangan calon gubernur dan wagub Jawa Barat nomor urut satu Ridwan Kamil (kiri)-Uu Ruzhanul Ulum (kanan) menyampaikan visi dan misinya pada Debat Publik Putaran Kedua Pillgub Jabar 2018 di Balairung Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (14/5).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Calon Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menyesalkan terjadinya kericuhan saat debat kandidat yang dipicu pernyataan pasangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu tentang "2019 Ganti Presiden" yang seharusnya tidak perlu terjadi. Menurutnya seharusnya pilkada berjalan damai dan inspiratif.

"Saya menyesalkan, harusnya pilkada ini damai, inspiratif, dan kreatif," kata Ridwan Kamil saat mengunjungi kawasan kuliner Ceplak di Kabupaten Garut, Selasa (15/5).

Ia menuturkan, usai pernyataan dan tindakan membentangkan kaus 2019 Ganti Presiden itu menimbulkan kekecewaan masyarakat yang hadir dalam acara debat itu. Namun Ridwan Kamil menyerahkan penyelesaiannya ke Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu).

Ia berharap pernyataan kandidat multitafsir itu tidak terjadi kembali untuk menjaga Pilkada Jabar damai dan aman. Ia menyarankan kepada penyelenggara pilkada seperti KPU untuk membuat aturan lebih ketat, bila perlu tidak membuat tindakan yang sifatnya mendadak dan multitafsir.

"Memastikan ada aturan lebih ketat jangan ada dadakan yang menimbulkan multitafsir, jangan sampai KPU dipermalukan," katanya.

Ridwan Kamil bersama timnya melakukan kunjungan ke kawasan wisata kuliner Ceplak dalam rangkaian safari politik. Namun kedatangannya itu dipertanyakan beberapa warga Garut yang menyesalkan kampanye di saat waktu shalat Maghrib.

"Ya seharusnya kampanyenya jangan pas magrib, kalau seperti ini kan kesannya gak pantas," kata Hendi warga Tarogong Kidul, Garut.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement