Senin 14 May 2018 05:16 WIB

Masjid Plosokuning, Benteng Fisik dan Spiritual Keraton

Masjid Plosokuning dan empat masjid lain berperan penting untuk keraton.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ratna Puspita
Kirab Seribu Santri yang diadakan Masjid Pathok Negara Plosokuning di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DIY, Ahad (13/5).
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Kirab Seribu Santri yang diadakan Masjid Pathok Negara Plosokuning di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, DIY, Ahad (13/5).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Masjid Pathok Negoro Plosokuning merupakan satu dari lima benteng fisik dan spiritual Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Keberadaannya memang jadi beton sangga pembangunan Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat.

Sulit dikira-kira bagaimana bersejarahnya lima masjid tersebut, termasuk salah satunya Masjid Pathok Negoro Plosokuning. Terlebih, jauh sebelum Indonesia ada, telah berdiri Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat dan lima masjid ini menjadi benteng desain besarnya.

Pathok merupakan bahasa Jawa dan dapat diartikan sebagai penanda atau batas kekuasaan dari kerajaan Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Pathok biasa ditemui di daerah-daerah tapal batas kerajaan yang ada di barat, timur, utara dan selatan.

Kelima masjid tersebar di Wonokromo, Kauman, Mlangi, Babadan dan Plosokuning. Kelima masjid memiliki desain-desain khas yang hampir sama, lengkap dengan penanda Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat bagian atas pintu depannya.

Walau sekitaran telah berdiri rumah-rumah masyarakat, untuk Masjid Pathok Negoro Plosokuning, desain-desain bangunan yang lama masih terjaga. Masjid ini memiliki kolam yang menyambut tamu-tamunya di depan masjid.

Ketua Takmir Masjid Pathok Negoro Plosokuning, Kamalludin Purnomo, mengatakan, masjid ini memang salah satu desain besar pendirian Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Dulu, peruntukannya memang sebagai benteng yang berupa masjid.

"Benteng pertahanan fisik waktu itu, sekaligus sebagai benteng spiritual," kata Kamal kepada Republika, Ahad (13/5).

Ia menjelaskan, peruntukkan itu memang dikarenakan pembangunan Keraton Ngayogyakaro Hadiningrat kala itu memiliki nuansa kuat Islami. Tidak heran, Masjid Pathok Negoro berperan ganda sebagai benteng fisik maupun spiritual rakyat.

Kamal menegaskan, peran itu tidak sekadar cerita fiksi, mengingat sampai hari ini terus saja ditemukan bukti-butki pentingnya peran Masjid Pathok Negoro. Bahkan, satu tahun lalu, ditemukan lagi bom-bom dan granat-granat sisa peperangan.

"Beberapa waktu lalu ada sisa-sisa pergerakan kemerdekaan, ada bom-bom dan granat-granat ditemukan," ujar Kamal.

Untuk itu, ia menekankan, Masjid Pathok Negoro Plosokuning maupun empat masjid lain memang berperan penting untuk Keraton Ngayogyakarto Hadiningrat. Terlebih, Yogyakarta sendiri menjadi ibu kota negara pertama Indonesia.

Itu membuat Masjid Pathok Negoro dijadikan pusat perjuangan rakyat Indonesia merebut kemerdekaan. Sampai detik ini, masyarakat senantiasa menjaga kelestarian bangunannya, seraya melestarikan sejarahnya dengan menceritakan kepada anak cucu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement