REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komnas Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait menyatakan masyarakat perlu meningkatkan kewaspadaannya di lingkungannya masing-masing untuk mencegah aksi terorisme. Arist juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang tapi tetap waspada dan tidak takut dalam menghadapi aksi terorisme.
"Komnas Perlindungan Anak mendorong semua LPA diseluruh Nusantara untuk membantu Polri meningkatkan kewaspadaan di lingkungannya masing-masing terhadap aksi-aksi terorisme. Demi kepentingan terbaik anak, kami mengimbau tidak menyebarkan foto atau gambar dari korban aksi terorisme," kata dia dalam keterangan pers, Ahad (13/5).
Sebagai institusi independen yang bertugas membela dan melindungi anak di Indonesia, pihaknya mengutuk keras perbuatan biadab terorisme di rumah ibadah di Surabaya pada Ahad (13/5), yang menelan 10 korban meninggal dunia di antaranya anak-anak dan sebagian lagi dalam keadaan kritis.
Dalam peristiwa keji dan biadab ini, lanjut Arist, pihaknya mendukung penuh kepolisian untuk mengusut tuntas pelaku dan membongkar seluruh aktivitas terorisme di Indonesia. "Tidak ada toleransi dengan kekerasan dan terorisme," kata dia.
Aksi terorisme, papar Arist, merupakan kejahatan kemanusiaan dan tindak pidana luar biasa serta perampasan paksa hak hidup. Karena itu juga, pihaknya dan seluruh pegiat Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di seluruh nusantara harus mengajak masyarakat untuk melawan aksi terorisme dan paham-pahamnya.
Ahad (13/5) pagi ini, sejumlah gereja di Surabaya, Jawa Timur, diguncang ledakan bom. Ledakan bom terjadi di tiga gereja. "Ada tiga ledakan. Di gereja Pantekosta Jalan Athena, Gereja GKI di Jalan Diponegoro, dan Gereja Santa Maria," kata Kabid Humas Polda Jawa Timur Komisaris Besar Polisi Frans Barung.