REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Timur (Kabid Humas Polda Jatim), Kombes Pol Frans Barung Mangera mengungkapkan adanya tambahan korban jiwa akibat ledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pada Ahad (13/5). Berdasarkan data yang dihimpun Media Center Polda Jatim, hingga pukul 18.00 WIB, korban tewas akibat peristiwa itu tercatat sebanyak 13 orang.
"Jumlah bertambah lagi menjadi 13 orang yang meninggal dunia. Tujuh meninggal akibat ledakan di Gereja Santa Maria, tiga korban meninggal di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya, dan tiga korban meninggal di Gereja Kristen Indonesia," kata Frans, Ahad (13/5) petang.
Sementara itu, untuk korban luka-luka yang saat ini dirawat juga bertambah menjadi 43 orang. Kesemua korban dirawat di RS. Dr. Soetomo, RS Bedah Surabaya, RS Bhayangkara Surabaya dan lain sebagainya. Frans menyatakan, proses identifikasi juga masih terus dilakukan oleh Tim DVI.
"Identifikasi masih berlangsung. Jika nanti ada korban meninggal yang berhasil diidentifikasi maka segera kami buatkan berita acara untuk penyerahan pada pihak keluarga," ujar Frans.
Teror bom melanda wilayah Surabaya pada Ahad (13/5) pagi. Ledakan bom pertama kali terjadi di Gereja Santa Maria di Jalan Ngagel, sekitar pukul 06.30 WIB. Ledakan bom kedua terjadi di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, sekitar pukul 07.15 WIB. Terakhir, aksi teror bom terjadi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna pada pukul 07.53 WIB.
(Baca juga: Ini Dugaan Motif Teror Bom di Surabaya Menurut Kapolri)
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan, pihaknya sudah berhasil mengidentifikasi para pelaku pengeboman di tiga gereja di Surabaya. Berdasarkan hasil identifikasi, lanjut Tito, pelaku pengeboman di tiga titik tersebut diduga kuat berasal dari satu keluarga.
Pelaku pengeboman di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jalan Arjuna, Surabaya, diduga kuat adalah bapak dari keluarga pelaku pengeboman. Pelaku pengeboman yang melancarkan aksinya menggunakan mobil Avanza tersebut diduga bernama Dita Upriyanto.
Kemudian untuk pelaku pengeboman yang melancarkan aksinya di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, Surabaya, diduga kuat adalah istri dari Dita bernama Fuji Kuswati. Saat melancarkan aksinya, Fuji juga membawa dua anak perempuannya bernama Fadilah Sari (12) dan Famela Riskita (9).
Terakhir, yang melakukan pengeboman di Gereja Santa Maria, Jalan Ngagel, Surabaya, diduga kuat dua anak laki-laki dari Dita dan Fuji. Menurut Tito, kedua anak yang dimaksud bernama Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16). "Semuanya adalah bom bunuh diri," ujar Tito.
(Baca juga: Jokowi: Kita Harus Bersatu Melawan Terorisme)