REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan meliburkan kegiatan belajar mengajar siswa mulai dari tingkat Taman Kanak-kanak (TK) hingga SMP/sederajat pada Senin (14/5). Hal tersebut dilakukan terkait teror bom yang melanda tiga gereja di Kota Surabaya, pada Ahad (13/5).
Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Surabaya Hendro Gunawan mengatakan, keputusan meliburkan kegiatan belajar mengajar tercantum dalam Surat Pemberitahuan Nomor 421/4179/436.7.1/2018. Melalui surat tersebut, Hendro menerangkan, keputusan ini terpaksa dilakukan karena terdapat salah satu siswa Surabaya menjadi korban serangan bom.
Untuk itu, Pemkot Surabaya meminta para siswa TK, SD hingga SMP/sederajat agar belajar di rumah. Kepala Sekolah (Kepsek) juga diperintahkan untuk menyampaikan informasi ini kepada orangtua siswa. "Kepada orangtua untuk memantau putra-putrinya masing-masing," kata Hendro di Surabaya, Ahad (13/5).
Teror bom melanda wilayah Surabaya pada Ahad (13/5) pagi. Ledakan bom pertama kali terjadi di Gereja Santa Maria di Jalan Ngagel, sekitar pukul 06.30 WIB. Ledakan bom kedua terjadi di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, sekitar pukul 07.15 WIB. Terakhir, aksi teror bom terjadi di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) di Jalan Arjuna pada pukul 07.53 WIB.
Kabid Humas Kepolisian Daerah Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera kembali mengungkapkan, hingga saat ini sebanyak 11 orang tewas akibat aksi teror tersebut. Sementara itu, untuk korban luka-luka yang saat ini dirawat masih berjumlah 41 orang. Kesemua korban dirawat di RS. Dr. Soetomo, RS Bedah Surabaya, RS Bhayangkara Surabaya dan lain sebagainya.
(Baca juga: Ini Dugaan Motif Teror Bom di Surabaya Menurut Kapolri)
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan, pihaknya sudah berhasil mengidentifikasi para pelaku pengeboman di tiga gereja di Surabaya. Berdasarkan hasil identifikasi, lanjut Tito, pelaku pengeboman di tiga titik tersebut diduga kuat berasal dari satu keluarga.
Pelaku pengeboman di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya (GPPS) Jalan Arjuna, Surabaya, diduga kuat adalah bapak dari keluarga pelaku pengeboman. Pelaku pengeboman yang melancarkan aksinya menggunakan mobil Avanza tersebut diduga bernama Dita Upriyanto.
Kemudian untuk pelaku pengeboman yang melancarkan aksinya di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Diponegoro, Surabaya, diduga kuat adalah istri dari Dita bernama Fuji Kuswati. Saat melancarkan aksinya, Fuji juga membawa dua anak perempuannya bernama Fadilah Sari (12) dan Famela Riskita (9).
Terakhir, yang melakukan pengeboman di Gereja Santa Maria, Jalan Ngagel, Surabaya, diduga kuat dua anak laki-laki dari Dita dan Fuji. Menurut Tito, kedua anak yang dimaksud bernama Yusuf Fadil (18) dan Firman Halim (16). "Semuanya adalah bom bunuh diri," ujar Tito.
(Baca selengkapnya: Kapolri Duga Pelaku Pengeboman di Surabaya Sekeluarga)