REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah DIY menyatakan sebaran abu vulkanik akibat letusan freatik Gunung Merapi cukup luas. Abu sudah mencapai Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta hingga ke Kabupaten Bantul.
"Dari laporan yang masuk, abu vulkanik terbawa hingga ke Kabupaten Bantul. Ini disebabkan angin mengarah ke selatan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Birawa Yuswantana, Jumat (11/5).
Menurut dia, letusan freatik yang terjadi pukul 07.40 WIB dengan kolom letusan setinggi 5,5 kilometer dari puncak tersebut membawa sisa material letusan yang sudah menumpuk di puncak. "Ini adalah letusan di permukaan, bukan letusan magmatis sehingga material yang terbawa sebagian besar adalah debu yang sangat halus," katanya.
Warga yang berada di radius lima kilometer dari puncak Gunung Merapi sempat mengungsi, namun sebagian besar sudah kembali ke rumah masing-masing, apalagi tidak ada letusan susulan usai letusan utama yang terjadi sekitar lima menit. Radius bahaya kemudian diturunkan menjadi dua kilometer.
"Dari laporan terakhir, memang masih ada sekitar 190 warga Purwobinangun yang berada di pengungsian. Bandara Adi Sutjipto yang berada di Kabupaten Sleman juga sempat ditutup," katanya.
Sedangkan untuk pendaki, lanjut Birawa, BPBD DIY menyebut belum menerima laporan apapun terkait pendaki yang menjadi korban. "Dari pantauan CCTV, memang terlihat ada beberapa pendaki di pos Pasar Bubrah. Sampai sekarang belum ada laporan korban," katanya.
Sementara itu, bagi masyarakat yang ingin beraktivitas di luar rumah diimbau mengenakan masker dan alat pelindung diri lain, seperti kacamata untuk mengantisipasi dampak debu vulkanik. Debu vulkanik ini sangat halus sehingga bisa terbawa masuk ke saluran pernafasan.
"Dampaknya bermacam-macam mulai dari batuk hingga sesak nafas serta iritasi mata. Dampaknya akan semakin berat untuk orang yang mengalami alergi debu," kata Kepala Seksi Kesehatan Rujukan dan Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan DIY Anum Tri Hadi.