Jumat 11 May 2018 13:54 WIB

Hujan Abu Tipis Terjadi Hingga Caturtunggal

Peristiwa hujan abu tidak sampai menghambat aktivitas warga setempat.

Hujan abu melanda sekitaran Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, Jum'at (11/5) pagi.  Masyarakat sekitaran Gunung Merapi telah diimbau menjauhi  radius 3-5 kilometer dari puncak Merapi.
Foto: Republika/Wahyu Suryana
Hujan abu melanda sekitaran Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, DIY, Jum'at (11/5) pagi. Masyarakat sekitaran Gunung Merapi telah diimbau menjauhi radius 3-5 kilometer dari puncak Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Hujan abu vulkanik akibat letusan freatik Gunung Merapi pada Jumat (11/5) pagi terjadi hingga kawasan Jalan Babarsari, Kelurahan Caturtunggal, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Di lokasi yang jauh dari lereng Merapi ini, hujan abu terjadi dalam bentuk butiran abu tipis.

Hujan abu tipis yang terjadi di Jalan Babarsari mulai muncul pukul 10.30 WIB. Hujan abu berangsur berkurang pada pukul 11.00 WIB. Warga, mahasiswa, dan pedagang yang beraktivitas di kawasan itu melindungi diri dengan menggunakan masker.

"Meski sekarang (hujan abu) sudah berkurang, tapi saya masih tetap menggunakan masker karena abu masih berterbangan," kata Budi Rahman, warga Babarsari yang juga Satpam Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) yang berada di kawasan itu.

Menurut Budi, peristiwa hujan abu tidak sampai menghambat aktivitas warga setempat. "Semua aktivitas masih berjalan seperti biasanya walaupun tetap harus menggunakan masker," kata dia.

(Evakuasi 120 Pendaki Merapi Masih Berlangsung)

Sebelumnya, Komandan Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Wahyu Pristiawan menyebut letusan freatik yang mengakibatkan kepulan asap tinggi di Puncak Gunung Merapi mulai pertama terekam pada pukul 07.45 WIB.

Letusan freatik, kata dia, terjadi akibat adanya uap air bertekanan tinggi. Uap air tersebut terbentuk seiring dengan pemanasan air bawah tanah atau air hujan yang meresap ke tanah di dalam kawah, kemudian bersentuhan langsung dengan magma.

"Insya Allah bukan seperti erupsi yang membahayakan. Itu menyebabkan tekanan uap air yang hanya terjadi sesekali," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement