REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Penulis buku-buku islami best seller, Asma Nadia berbagi pengalaman menulisnya di pentas utama Kuala Lumpur International Book Fair (KLIBF) 2018. Dalam acara tersebut, dia menyebutkan, salah satu cara penulis pemula berlatih menulis.
"Sekarang kan banyak yang punya media sosial, itu bisa dijadikan latihan menulis. Misalnya menulis status di Twitter. Karena karakternya terbatas, jadi bisa mengolah kata lebih efisien, kalimat- kalimat akan jadi lebih jernih," kata Asma Nadia kepada sekitar seratus pengunjung dalam diskusi "Dari Buku ke Film" di KLIBF 2018, Kuala Lumpur, Sabtu (5/5).
Asma juga menegaskan kepada semua orang yang ingin menjadi penulis untuk banyak membaca. Khususnya untuk yang menginginkan bukunya nanti difilmkan, harus banyak membaca buku-buku yang ceritanya sudah diadaptasi ke layar lebar.
"Karena ketika membaca, kita bisa mencuri ilmu dari penulisnya. Tentang pemilihan judul, bagaimana penokohannya, dan lainnya," ujar Asma.
Menurut Asma, kekayaan kata seorang penulis dapat terlihat dari banyaknya dan beragamnya buku yang pernah dibaca penulis tersebut. Wawasan penulis dapat terlihat dari hasil tulisannya.
Untuk membuat karya yang bagus, menurut Asma, seorang penulis harus dapat memindahkan rasa dan empati penulis kepada tokoh- tokoh yang dimainkan. Meskipun di dunia imajiner, karakter tersebut harus hidup dan terkoneksi, seolah di dunia nyata.
Meskipun sepuluh bukunya telah difilmkan, Asma mengaku, tidak pernah menargetkan agar buku tersebut akan difilmkan atau memenangkan kompetisi. Dia tetap menulis dan berkarya hingga telah menghasilkan 55 buku sejak ia mulai menulis pada tahun 1990an. "Yang penting terus menulis, biarkan karya kita berbicara," katanya.
Asma Nadia merupakan salah satu penulis Indonesia yang sangat dikenal di Malaysia. Selain menghadiri talkshow di pentas utama, para pengunjung juga banyak yang datang ke paviliun Indonesia untuk meminta tandatangan di buku dan berfoto bersama Asma Nadia.
Salah satu pembaca setia Asma dari Malaysia bernama Syahidah (23 tahun). Dia mengaku telah membaca puluhan judul buku Asma Nadia sejak ia menamatkan membaca Assalamualaikum, Beijing! pada beberapa tahun silam. Lalu buku favoritnya adalah Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea.
"Saya juga menonton film- filmnya. Surga yang Tak Dirindukan sangat terkenal di sini," kata Syahidah.
Sementara itu, Aiman (21 tahun) sangat menyukai cerpen Asma yang pertama kali diadaptasi ke layar lebar yaitu Emak Ingin Naik Haji. "Ceritanya sangat menyentuh. Saya tonton filmnya dan saya menangis," kata Aiman.
Asma Nadia merupakan salah satu penulis yang diundang oleh Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) dan Komite Buku Nasional (KBN) dalam KLIBF 2018. Selain Asma Nadia, penulis yang diundang antara lain Sapardi Joko Dharmono, Habiburahman Elshirazy, Aan Mansyur, dan Ahmad Fuadi.