REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI - Seorang anak berinisal WN (16 tahun) diduga menjadi korban perdagangan anak oleh seorang perempuan berinisial D ke Nabire, Papua untuk dipekerjakan menjadi pemandu lagu (Pl) di tempat karaoke. Hal tersebut diketahui oleh sebab rekan WN, WT (22 tahun) yang berhasil pulang dari Nabire, mengadu kepada orangtua WN.
"Sudah satu setengah bulan anak saya enggak pulang, katanya dia aman kerja di Pekannaru jadi asisten rumah tangga, eh pas temennya ke sini, malah dia di Papua. Jadi selama ini dia berbohong sebab diancam dari pihak sana," ujar Hendrik (55 tahun) saat ditemui di rumahnya di Kampung Teluk Buyung, Margamulya, Bekasi Utara, Kota Bekasi, Senin (30/4).
Kejadian bermula ketika Weni diajak oleh D untuk bekerja dengan gaji memuaskan. Tanpa pamit, WN pergi ke Nabire dengan dibiayai oleh D.
"Masih suka nelpon, saya dan istri masi sering terima telpon, dia takut bilang kerja di Papua, jadi dia bohong kerja di Pekan Baru. Pas saya tau dia di Papua, dia ingin sekali pulang, di sana dia terkekang enggak bisa pulang kalau belum melunasi utang," kata Hendrik.
Anak ketiga dari lima bersaudara itu, kini, mengeluh meminta pulang dan mengalami depresi sampai memengaruhi kesehatannya. Sebab, di sana, ia diancam oleh pihak pemilik karaoke akan tinggal selamanya di Papua jika tidak melunasi utang. Utang tersebut terhitung dari tiket pesawat Weni ke Nabire, kamar tempat WN tinggal, kipas angin, biaya makan dan biaya rumah sakit sebab Weni sempat dirawat karena didiagnosis mengalami tipes.
"Saya sudah laporkan kejadian ini ke pihak kepolisian. Oleh kuasa hukum saya Agus Budiono, semalam kita gerebek warung Jaka di Duren Jaya, tempat pelaku D sering nongkrong. Langsung dibawa ke Polres, kini D sudah di Polres untuk dimintai keterangan," kata dia.
Selain WN dan WW, kedua temannya juga diduga menjadi korban perdagangan orang untuk dipekerjakan di Papua. Hingga kini, kejadian tersebut sedang dalam pemeriksaan Polres Metro Bekasi Kota.