REPUBLIKA.CO.ID, PADANG - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat memutuskan untuk menyetop sementara operasi pencarian dua harimau sumatra yang sebelumnya diyakini masih berkeliaran di kawasan hutan Nagari Rantang, Kecamatan Palupuah, Kabupaten Agam. Keputusan ini diambil setelah 'masa penantian' nyaris dua pekan yang tidak berhasil menggiring kedua harimau tersebut masuk perangkap.
Kepala BKSDA Sumbar Erly Sukrismanto menjelaskan, hingga saat ini dua unit kerangkeng yang dipasang petugas sejak Ahad (15/4) masih kosong. Tim di lapangan juga tidak menemukan adanya jejak kaki atau petunjuk lain yang mengklarifikasi keberadaan dua ekor harimau tersebut. Rekaman dari camera trap juga tidak menunjukkan kemunculan keduanya.
"Tidak terpantau lagi dan juga tidak ada laporan masyarakat. Kemungkinan, harimau itu sudah berkeliaran ke tempat lain. Mudah-mudahan tidak kembali masuk dekat pemukiman warga," kata Erly, Jumat (27/4).
BKSDA, lanjut Erly, akan mengangkut dua unit kerangkeng besi pada Sabtu (28/4) atau Ahad (29/4) depan. Meski operasi dihentikan sementara, Erly memastikan bahwa tim di lapangan masih terus memantau perkembangan dan melakukan pengawasan rutin. Penghentian operasi sementara ini hanya ditunjukkan dengan pengangkutan dua unit kerangkeng yang dipasang petugas sebelumnya.
Selain itu, BKSDA Sumbar juga masih memantau perkembangan kesehatan 'Sopi Rantang', seekor anak harimau berusia dua tahun yang masuk perangkap lebih dulu pada Sabtu (14/4) lalu. Menurut laporan petugas di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya (PR-HSD), kondisi Sopi Rantang semakin membaik. BKSDA Sumbar masih mencari waktu yang tepat untuk kembali melepasliarkan anak harimau betina tersebut.
"Kondisi Sopi Rantang sudah sangat baik. Sekarang kami masih mencari lokasi yang tepat untuk melepasliarkannya," kata Erly.
Sabtu (22/4) pekan lalu, warga sempat melaporkan adanya kemunculan harimau sumatra. Bahkan ada laporan masuk ke BKSDA Sumbar bahwa kedua individu harimau tersebut sempat menyerang kerbau milik warga. Namun setelah dilakukan pengecekan di lapangan, BKSDA memastikan tidak ada hewan ternak yang terluka oleh harimau.
Kepala Konservasi BKSDA Wilayah I Sumbar, Khairi Ramadhan, menambahkan bahwa sejak awal tahun 2018, sejumlah laporan tentang kemunculan dan serangan harimau kepada sejumlah ternak warga memang bermunculan.