Jumat 27 Apr 2018 21:47 WIB

Batan Siap Jadi Pusat Kolaborasi Bidang Nuklir

Batan siap menjadi mitra Badan Tenaga Atom Internasional.

Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN (ilustrasi)
Foto: Antara
Badan Tenaga Nuklir Nasional atau BATAN (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) siap menjadi mitra Badan Tenaga Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA) sebagai pusat kolaborasi dalam bidang pengembangan sumber daya manusia dan edukasi nuklir di kawasan Asia Pasifik.

"Kesiapan itu ditunjukkan melalui Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN) Batan Yogyakarta dan Pusdiklat Batan yang memiliki fasilitas, sumber daya yang berpengalaman dalam pengembangan SDM, dan program pendidikan," kata Ketua STTN Batan Edy Giri Rachman Putra di Yogyakarta, Jumat (27/4).

Sebagai wujud kesiapannya, menurut Edy Giri, STTN Batan menjadi tuan rumah penyelenggaraan "Regional Training Course for Teacher" dengan tema "Memperkenalkan Iptek Nuklir di Sekolah Melalui Pendekatan Inovatif" pada 16-27 April 2018.

"Tahun lalu, IAEA sudah melihat dan menilai saat mengadakan meeting di STTN Batan. Selanjutnya diputuskan kegiatan pelatihan untuk para guru itu diselenggarakan di STTN Batan pada 2018," kata Edy Giri.

Ia mengatakan, kegiatan itu bertujuan melatih para guru di bidang sains pada sekolah menengah di negara-negara anggota IAEA untuk memperkuat pemahaman mereka tentang topik iptek nuklir dan menyampaikannya kepada para siswa melalui proses pengajaran yang efektif dan menarik.

"Kegiatan itu merupakan bagian dari upaya IAEA dalam membantu negara-negara anggotanya dalam mengembangkan tenaga kerja masa depan di bidang nuklir," katanya.

Pelatihan itu, menurut dia, juga bertujuan membantu negara anggota IAEA dalam mengembangkan materi pendidikan dan pendekatan praktis untuk menyampaikan pengetahuan nuklir kepada generasi muda dengan metode yang populer dan efektif.

Ia mengemukakan, secara teknis kegiatan itu diimplementasikan melalui pengembangan keterampilan dan pengetahuan para guru di bidang iptek nuklir dan metode pengajaran interaktif.

"Outcome dari kegiatan itu adalah para guru yang lulus dari pelatihan dapat menjadi narasumber di tingkat nasional, yang kemudian bertanggung jawab dalam mentransfer pengetahuan kepada guru lain melalui lokakarya nasional," katanya.

Selain itu, pelatihan tersebut merupakan bagian dari kegiatan pengabdian STTN Batan kepada masyarakat dalam menyosialisasikan iptek nuklir. "Penyelenggaraan kegiatan itu memberikan dampak secara nasional, regional maupun internasional tentang STTN Batan sebagai institusi pendidikan tinggi khusus tentang teknologi nuklir," kata Edy Giri.

Kepala Bidang Diseminasi Pusat Diseminasi dan Kemitraan Batan Dimas Irawan mengatakan, kegiatan itu diikuti 27 peserta dari 16 negara Asia Pasifik.

Kegiatan itu, menurut dia, pertama kali diinisiasi pada 2014, dan Indonesia menjadi salah satu negara percontohan yang berhasil menerapkan program tersebut. Pada 2018, kegiatan itu diselenggarakan di Indonesia yang diikuti 16 negara.

"Negara yang mengirimkan wakilnya untuk mengikuti kegiatan itu antara lain Malaysia, Filipina, Kamboja, Thailand, Laos, Oman, Nepal, Srilanka, Mongolia, Pakistan, Yordania, Tiongkok, Vietnam, Myanmar, Lebanon, dan Indonesia," kata Dimas.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement