Jumat 27 Apr 2018 14:03 WIB

Inspirasi Negeri Sulaiman

Indonesia perlu segera mengejar ketinggalan atau mempersempit gap dengan negara lain

Anis Matta menjawab pertanyaan wartawan saat bincang pemilu
Foto:
Anis Matta.

Working Ideology di Gelombang Ketiga

Dalam buku Gelombang Ketiga Indonesia (2014) saya menjelaskan pentingnya working ideology bagi suatu bangsa. Working ideology adalah sistem nilai yang mampu bekerja membentuk konsensus, cara pandang dan tindakan kolektif masyarakatnya.

Working ideology penting bagi Indonesia yang tengah memasuki gelombang sejarahnya yang ketiga, sebuah periode sejarah yang baru saja kita masuki setelah dua gelombang sebelumnya. Gelombang pertama adalah menjadi Indonesia yang ditandai dengan proklamasi kemerdakaan 17 Agustus 1945. Gelombang kedua terentang sejak Orde Lama, Orde Baru hingga era Reformasi.

Pada gelombang kedua tersebut, kita berusaha mencari sistem politik dan ekonomi yang cocok serta mencari keseimbangan baru antara kebebasan dan kesejahteraan. Di Orde Lama ada kebebasan tapi rakyat lapar; di Orde Baru perut kenyang tapi mulut dibungkam. Pada era Reformasi yang sudah berjalan 20 tahun ini kita mulai menemukan titik keseimbangan melalui penataan sistem dan kelembagaan politik, reposisi militer dalam politik, otonomi daerah, dan banyak lagi.

Dalam mencari suatu working ideology kita ingat perdebatan Islam, keindonesiaan, dan kemodernan yang sangat menggugah dari Nurcholish Madjid pada 1980-an hingga 1990-an. Setelah sekian tahun berjalan, wacana itu masih relevan. Saya menggali konteksnya bagi masyarakat gelombang ketiga dan menemukan nilai-nilai yang berkembang pada era ini adalah agama, pengetahuan, dan kesejahteraan.

Masyarakat Indonesia sekarang adalah masyarakat yang religius (religious society) dan tidak canggung mengekspresikan identitas keislamannya. Namun, selain religius dalam konteks individu dan sosial, masyarakat kita juga semakin berpengetahuan bersemangat untuk menjadi pembelajar (learning society). Ini bisa dilihat dari semakin tinggi tingkat pendidikan rata-rata masyarakat Indonesia, serta semakin terbukanya akses informasi.

Jika dianalogikan sebagai segitiga sama sisi, maka sisi ketiga adalah kesejahteraan sebagai hasil dari implementasi nilai agama dan pengetahuan. Menjadi sejahtera dinilai sebagai kebaikan sepanjang kesejahteraan itu berfaedah bagi masyarakat. Dalam bahasa sederhana, manusia Indonesia gelombang ketiga orang saleh, cerdas, dan sejahtera. Walau 'tajir' tapi tetap zuhud dan terus belajar.

Kombinasi agama dan pengetahuan melahirkan kemajuan teknologi, kekuatan militer, dan kemakmuran ekonomi. Nilai dan kompetensi itu dapat tumbuh pada basis sosial masyarakat religius dan berpengetahuan (knowledge society). Agama, pengetahuan, dan kesejahteraan inilah working ideology di gelombang ketiga Indonesia.

Di bidang teknologi, Indonesia perlu segera mengejar ketinggalan atau mempersempit gap dengan negara lain, apalagi dunia kini sudah masuk ke teknologi kompuasi generasi ke-6 (6G). Komputer ke depan akan makin cerdas, mempunyai kemampuan sensorik (melihat, mendengar, mendeteksi suhu), serta mengambil keputusan. Pengembangan robot untuk menggantikan manusia adalah keniscayaan sehingga manusia harus berjuan dan belajar agar tak tergantikan oleh robot. Bukan hanya teknologi 'tinggi' seperti robot, revolusi teknologi juga memungkinkan komputer masuk ke alat rumah tangga sehari-hari seperti kulkas, mesin cuci, hingga saklar lampu.

Satu catatan penting dalam pengembangan teknologi di Indonesia adalah usaha itu harus tetap berorientasi mewujudkan kesejahteraan jangka panjang. Kemajuan teknologi tidak boleh hanya dieksploitasi untuk kemakmuran segelintir pebisnis teknologi, tetapi harus kembali menjadi salah satu mesih pertumbuhan ekonomi yang dinikmati seluruh rakyat.

Di bidang ekonomi, karakter sebagai knowledge society relevan dengan perkembangan zaman yang makin memasuki knowledge economy (ekonomi berbasis pengetahuan) karena tantangan kita adalah mecari mesin pertumbuhan ekonomi baru yang menjadi fondasi kemakmuran jangka panjang. Indonesia harus semakin menumpukan daya saing ekonominya pada manusia bekualitas bukan manusia yang diupah murah. Mesin baru inilah yang akan menempatkan kita sebagai salah satu kekuatan ekonomi dunia, sekaligus membawa kita keluar dari jeratan utang luar negeri yang membuat kita lemah dan mudah didikite pihak lain.

Itulah arah baru Indonesia di dalam gelombang ketiga sejarah bangsa ini. Indonesia akan bertransformasi menjadi religious society yang mempunyai karakter kuat, learning society yang terus menumbuhkan semangat pembelajar, dan akhirnya menjadi knowledge society, yang berbasis pengetahuan. Ketiga fondasi itu akan menjadi lahan bertumbuhnya kekuatan ekonomi, teknologi, dan militer. Ternyata, semua itu sudah tertulis di Alquran dalam kisah negeri Sulaiman.

Perkenankan saya akhiri tulisan sederhana ini dengan mengutip ayat terakhir dari Surah An Naml: Dan katakanlah: “Segala puji bagi Allah, Dia akan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kebesaran-Nya, maka kamu akan mengetahuinya. Dan Tuhanmu tiada lalai dari apa yang kamu kerjakan.”

* Anis Matta, calon presiden dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement