Kamis 22 Sep 2022 11:25 WIB

Anis Matta Sebut Serangan Siber Berpotensi Kacaukan Pemilu 2024

Pertahanan siber disarankan menjadi matra baru dalam sistem pertahanan nasional.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Agus raharjo
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/7).
Foto: Republika/Febrianto Adi Saputro
Ketua Umum Partai Gelora Anis Matta ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (23/7).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -  Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta menilai serangan siber juga sangat mungkin terjadi pada Pemilu 2024 mendatang. Ia meminta pemerintah berkaca dari kasus peretasan yang dilakukan Bjorka agar tidak terjadi di Pemilu 2024. Meskipun, KPU telah menerapkan kombinasi penggunaan data manual dan digital dalam Sistem Informasi Partai Politik (Sipol) KPU.

"Proses kombinasi seperti ini sangat memungkinkan terjadinya serangan siber pada Pemilu 2024. Kita bisa saja mengalami banyak kekacauan," kata Anis dalam keterangan tertulisnya, Kamis (22/9/2022).

Baca Juga

Anis juga meminta pemerintah belajar dari kasus Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) pada 2016 dan 2020. Hasil Pilpres AS tersebut, sampai sekarang tidak dipercayai, bahkan mantan Presiden AS Masih terus mengangkat kecurangan Pemilu 2020 hingga kini.

"Apalagi di tengah krisis ekonomi sekarang ini, sedikit saja ada trigger dari mishandling dalam kasus data Pemilu nanti 2024, kita sangat mungkin terseret dalam kerusuhan politik," katanya.

Menurutnya kasus peretasan data oleh peretas Bjorka memicu Indonesia menghadapi dua tantangan besar saat ini. Yakni tantangan eskalasi konflik geopolitik dan konflik Pemilu 2024. "Pemerintah harus benar-benar menjaga atau memperkuat sistem pertahanan siber kita agar kita tidak terseret dalam konflik yang tidak perlu," tuturnya.

Anis menambahkan, dalam jangka pendek yang perlu diantisipasi terkait kebocoran data, adalah memperkuat sistem pertahanan nasional dengan menjadikan siber sebagai matra baru dalam sistem pertahanan nasional kita.

"Cepat atau lambat, eskalasi konflik geopolitik akan menyeret Indonesia dalam pusaran besaran konflik dalam waktu dekat. Bukan hanya di Eropa, tapi Kawasan Pasifik akan menjadi spot paling panas di hari-hari yang akan datang," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement