Jumat 27 Apr 2018 11:14 WIB

Sopir Angkutan Umum di Semarang Gelar Aksi Mogok

Sopir angkutan umum trayek Ungaran-Ambarawa protes banyaknya angkutan pelat hitam.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Andri Saubani
Sejumlah sopir angkot, tukang becak, dan tukang ojek melakukan unjuk rasa di depan kantor Pemkab Kediri, Jawa Timur, Selasa (10/4). Demonstrasi serupa juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia.
Foto: ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani
Sejumlah sopir angkot, tukang becak, dan tukang ojek melakukan unjuk rasa di depan kantor Pemkab Kediri, Jawa Timur, Selasa (10/4). Demonstrasi serupa juga terjadi di beberapa daerah di Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Ratusan awak angkutan umum yang selama ini melayani trayek Ungaran- Ambarawa dan sebaliknya melakukan aksi mogok. Aksi ini sebagai bentuk protes terhadap angkutan umum pelat hitam yang kian marak di trayek mereka.

Para awak angkutan umum yang lebih dikenal dengan sebutan prona ini tidak beroperasi dan memilih memarkir armadanya di dalam area Terminal Bawen, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang pada Jumat (26/4) pagi. Mereka mendesak Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang segera turun tangan untuk menertibkan angkutan umum pelat hitam, yang sebenarnya merupakan angkutan tidak resmi dan hanya beroperasi antar pedesaan tersebut.

"Dishub harus tegas, keberadaan mereka (angkutan pelat hitam) itu ilegal dan harus ditertibkan," ungkap salah seorang awak angkutan umum, Muharom (48), yang dikonfirmasi di sela aksi.

Ia menuturkan, angkutan pelat hitam ini seharusnya hanya beroperasi di pedesaan hingga jalan raya saja. Karena keberadaannya memang dibutuhkan masyarakat, mengingat tidak semua desa yang ada di Kabupaten Semarang ini terjangkau oleh angkutan massal.

Akhir- akhir ini, angkutan pelat hitam tersebut beroperasi tidak hanya sampai di jalan raya. Pada akhirnya juga ikut mengambil penumpang hingga di jalur trayek angkutan umum prona. "Ini jelas merugikan kami," katanya.

Sementara itu, Lilik Mujiono (60) awak angkutan umum prona lainnya mengaku, keberadaan angkutan umum pelat hitam tersebut sangat meresahkan awak angkutan umum prona. Karena jumlahnya semakin banyak.

"Awalnya hanya satu sampai dua armada saja, belakangan jumlahnya kian membengkak dan bertambah banyak. Akibatnya kian berdampak pada penghasilan kami," tandasnya.

Saat ini, jelas Lilik, jumlah angkutan umum prona yang melayani trayek Ungaran- Ambarawa mencapai 148 armada. Load factor angkutan massal resmi ini juga terus menurun akibat imbas pertumbuhan pengguna sepeda motor yang semakin pesat.

Yang terjadi, persaingan antarangkutan umum prona untuk mendapatkan penumpang saja sudah semakin ketat. "Lah sekarang ini, muncul angkutan pelat hitam yang semakin banyak dan kian mengurangi pendapatan kami," tandasnya.

Sementara itu, hingga berita ini diturunkan pihak Dinas Perhubungan Kabupaten Semarang telah berada di lokasi. Dinas yang berwenang dalam regulasi angkutan umum tersebut juga menggelar dialog dengan para awak angkutan umum prona di Terminal Bawen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement