REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno, mengatakan, seandainya Partai Gerindra harus memilih satu dari sembilan nama, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) merupakan pilihan realistis. Adi menjelaskan, ada banyak alasan untuk memilih Aher sebagai pendamping Prabowo Subianto pada pemilihan presiden (pilpres) 2019.
Salah satunya, sosok Aher yang bersih dengan banyak pencapaian positif serta tidak pernah disangkutpautkan dengan tindakan korupsi. Dengan pencapaiannya, Aher memiliki tingkat elektabilitas paling tinggi dibanding delapan kandidat lain.
Tidak kalah penting, sosok Aher relatif dapat diterima di semua faksi di PKS, baik itu faksi Anis Matta maupun faksi Sohibul Iman. Adi menambahkan, di luar itu, Aher merupakan gubernur Jawa Barat dengan jumlah pemilih terbanyak di seluruh provinsi Indonesia, yakni sekitar 34 juta.
"Ini penting sebagai keuntungan demografi elektoral," ucap direktur eksekutif Parameter Politik Indonesia tersebut saat dihubungi Republika, Ahad (22/4).
Prabowo Subianto (Republika)
Kendati demikian, menurut dia, PKS menjadi sebuah dilema bagi Prabowo Subianto untuk maju ke pilpres 2019. Satu sisi, PKS merupakan satu-satunya sekutu koalisi untuk dapat menggenapi syarat pencapresan 20 persen.
Akan tetapi, di sisi lain, sembilan nama calon wakil presiden (cawapres) yang disodorkan PKS sebagai syarat koalisi memiliki elektabilitas rendah. "Di sinilah kemudian terjadi dinamika, tarik-menarik, mungkin juga drama politik," tutur Adi.
Selain Aher, PKS turut mencalonkan nama lain, yakni Wakil Ketua Majelis Syuro PKS, Hidayat Nur Wahid; mantan presiden PKS, Anis Matta; Gubernur Sumatra Barat, Irwan Prayitno. Ada juga Presiden PKS, Mohamad Sohibul Iman; Ketua Majelis Syuro PKS, Salim Segaf Al Jufrie; mantan presiden PKS, Tifatul Sembiring; Ketua DPP PKS, Al Muzammil Yusuf; dan Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera.
Baca Juga: Terus Sosialisasi, Anis Matta Siap Nyapres