Ahad 22 Apr 2018 14:28 WIB

BKSDA Sumbar Klarifikasi Kemunculan Harimau di Agam

Warga melaporkan kemunculan dua ekor harimau yang menyerang ternak masyarakat

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Hazliansyah
Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris), berada dalam kerangkeng perangkap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera barat, di kawasan hutan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (17/4).
Foto: Antara/Muhammad Arif Pribadi
Seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris), berada dalam kerangkeng perangkap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera barat, di kawasan hutan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (17/4).

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Balai Konservasi Sumbar Daya Alam (BKSDA) Sumatra Barat mengklarifikasi kemunculan dua harimau sumatra pada Sabtu (21/4), di Palupuah, Kabupaten Agam.

Kepala BKSDA Sumbar Erly Sukrismanto mengungkapkan, berdasarkan tinjauan tim di lapangan ternyata harimau hanya menampakkan diri tanpa melukai hewan ternak, seperti yang sempat dilaporkan warga. Bersama warga, tim BKSDA memastikan bahwa tidak ada hewan ternak warga yang terluka.

"Jadi, warga melihat dua ekor harimau jalan-jalan dari kejauhan. Tapi tidak ganggu apapun, tidak ngamuk dan melukai kerbau," jelas Erly, Ahad (22/4).

Erly menambahkan, kedua ekor harimau sumatra yang terlihat kemarin sore diperkirakan memiliki relasi dengan 'Sopi Rantang', harimau sumatra berusia 2 tahun yang lebih dulu masuk perangkap pada Sabtu (14/4) lalu. Apalagi menurut pengakuan warga yang melihat, kedua harimau yang muncul belakangan terdiri dari dua ekor yakni satu dewasa dan satu lagi diperkirakan berusia beberapa tahun.

"Menurut warga, keduanya hanya jalan santai saja," jujar Erly.

Menindaklanjuti laporan warga, BKSDA Sumbar sedang melakukan survei lapangan menentukan titik yang tepat untuk memasang perangkap. Dua unit perangkat ini sebelumnya dipasang di lokasi yang tak jauh dari lokasi penangkapan harimau Sopi Rantang. Pemindahan perangkap diharapkan bisa mempercepat proses evakuasi keduanya untuk menghindari konflik dengan warga.

"Tapi yang perlu diingat, bila memang harimau aman, tidak mengganggu warga, ya cukup dihalau saja," kata Erly.

BKSDA Sumbar sendiri saat ini masih melakukan pengawasan dan pelacakan kedua harimau di lapangan. Opsi penangkapan kedua harimau sumatra sebetulnya merupakan opsi terakhir. Bila harimau sumatra bisa dihalau untuk menjauh dari kawasan tempat tinggal penduduk, maka BKSDA tidak perlu melakukan evakuasi harimau.

Erly mengungkapkan, timnya sedang memastikan kedua individu harimau sumatra tersebut bisa bergerak kembali ke kawasan Suaka Margasatwa Malampah.

Sabtu (22/4) kemarin, warga sempat melaporkan adanya kemunculan harimau sumatra. Bahkan ada laporan masuk ke BKSDA Sumbar bahwa kedua individu harimau tersebut sempat menyerang kerbau milik warga. Namun setelah dilakukan pengecekan di lapangan, BKSDA memastikan tidak ada hewan ternak yang terluka oleh harimau.

Meski begitu hingga saat ini tim BKSDA terus memantau kondisi lapangan, dan bersiap melakukan evakuasi bila dua ekor harimau tersebut kembali muncul dan masuk perangkap.

Kepala Konservasi BKSDA Wilayah I Sumbar, Khairi Ramadhan, menambahkan bahwa sejak awal tahun 2018, sejumlah laporan tentang kemunculan dan serangan harimau kepada sejumlah ternak warga memang bermunculan. Terbaru, anak harimau yang diberi nama Sopi Rantang dipindahkan ke Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatra Dharmasraya (PR-HSD). Sopi Rantang direhabilitasi di PR-HSD yang lokasinya berada di dalam area PT Tidar Kerinci Agung, Kabupaten Dharmasraya.

Sopi Rantang diambil setelah keberadaan anak harimau tersebut tidak berhasil 'memancing' induknya ke dalam dua perangkap lain yang juga dipasang. Setelah tiga hari masa tunggu, hingga Selasa (17/4) dua unit perangkap yang dipasang masih kosong.

"Jadi demikian kondisi di lapangan. Tidak benar ada penyerangan oleh harimau. Meski begitu tim kami sudah turun di lapangan untuk memantau kondisi," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement