REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) masih mengungguli sejumlah nama yang disebut-sebut bakal dan berpotensi maju sebagai calon presiden (Capres) di Pilpres 2019. Hal tersebut terlihat berdasarkan hasil survei dari beberapa lembaga beberapa waktu terakhir.
Pengamat politik dari Universitas Padjajaran Muradi mengatakan, Jokowi memang diuntungkan karena faktor pejawat. Namun, PDIP sebagai partai pengusung juga memiliki karakteristik serta loyalitas para pendukungnya yang bisa menaikan elektabilitas Jokowi.
Sementara untuk tokoh-tokoh yang akan menjadi penantang Jokowi, bukan berarti mereka tidak bisa mengejar elektabilitas Jokowi. Menurut Muradi, perlu cara yang baik dan elegan untuk dapat bersanding dan menyaingi eleketabilitas Jokowi.
"Ada tiga cara bagi para penantang Jokowi di Pilpres 2019. Pertama berhenti menggunakan cara kotor seperti menyebarkan berita bohong," kata Muradi saat dihubungi Republika.co.id, Jumat (20/4).
Isu hoaks, menurutnya sudah tidak lagi diterima publik secara penuh. Sehingga saran dia cara yang paling gampang untuk menaikkan elektabilitas adalah berhenti membuat maupun menyebarkan isu yang tidak valid atau tanpa bukti. "Jadi saran saya berhenti menggunakan isu dengan pendekatan hoaks atau tidak memiliki data karena fanataik menyerang pemerintah," ujarnya.
Kedua, Sambungnya, tidak mengarahkan pada isu tertentu. Isu yang sebenarnya hal biasa dalam dunia politik tapi kemudian menjadi besar di masyarakat karena diarahkan. Ketiga, berhenti menyerang pribadi. Dalam tradisi politik Indonesia menyerang pribadi calon sebenarnya tidak memberikan efek, justru menjadi bagian dari back fire atau terkena sendiri bagi penyerang.
"Jadi kalau Pak Gatot dan Prabowo bisa mengelola pemenangan politik yang lebih ramah, diterima publik, maka peluang kenaikan elektabilitas akan tinggi," ujarnya.