Senin 09 Apr 2018 17:24 WIB

Warga Sukabumi yang Menderita Stunting Capai 10 Persen

Penyebaran penderita stunting ini berada di 47 kecamatan Sukabumi.

Rep: Riga Nurul Iman/ Red: Winda Destiana Putri
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil
Foto: BBC
Anak-anak yang mengalami stunting cenderung bertubuh kerdil

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Jumlah warga Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang menderita stunting (bertubuh pendek) mencapai sekitar 9-10 persen dari jumlah penduduk. Penyebaran penderita stunting ini berada di 47 kecamatan Sukabumi.

"Secara keseluruhan angka stunting di Sukabumi berkisar 9 hingga 10 persen dari jumlah penduduk," ujar Sekretaris Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sukabumi Harun Alrasyid kepada wartawan Senin (9/4). Jumlah penduduk Sukabumi mencapai sekitar 2.5 juta jiwa sehingga penderita stunting diperkirakan sebanyak 250 ribu orang.

Menurut Harun, kantong penderita stunting salah satunya di Kecamatan Bantargadung. Oleh karenanya pada Ahad (8/4) lalu Presiden Joko Widodo secara langsung datang ke Puskesmas Bantargadung untuk mengkampanyekan pencegahan stunting.

Harun menerangkan, penyebab terjadinya stntung karena salah satunya akibat asupan gizi yang  kurang yang memenuhi syarat. Misalnya pada saat berada dalam kandungan ibu tidak diberikan asupan makanan yang baik dan ketika lahir tidak diterapkan satu pola pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan.

Oleh karena itu kata Harun, pada saat ibu hamil harus dilakukan pemberian makanan pendamping khusus untuk ibu hamil. Selanjutnya setelah enam bulan berikutnya diberikan makanan tambahan bagi bayi pada usia umur PAUD maupun usia sekolah.

Dinkes lanjut Harun, berupaya mengatasi stunting dengan mengembangkan pola pemberdayaan masyarakat melalui penerapan pemeriksaan kehamilan ibu di posyandu. Upaya lainnya dengan pemberian tablet tambah darah dan pemberian makanan bagi ibu hamil dan bayi secara terus menerus sebagai pendamping pemberian ASI selama tiga bulan.

Penyebab dari terjadinya stunting ungkap Harun bisa dikarenakan faktor ekonomi dan kualitas sumber daya manusia serta pengetahuan dan kebiasaan. Contohnya ibu-ibu yang mengandung dan menyusui yang bekerja di pabrik otomatis akan terganjal untuk pemberian ASI dan asupan makanan pada bayinya.

Kedatangan presiden kata Harun dapat menjadi penyemagat bagi kader posyandu dan tim penggerak PKK untuk melakukan pencegahan kasus stunting. Caranya dengan memberikan perhatian pada asupan gizi ibu hamil dan balita hingga usia dua tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement