Senin 09 Apr 2018 10:10 WIB

Luhut Bantah Dukung Prabowo dan Makna Pertemuan Itu

Gerindra tak khawatir kesan negatif akibat pertemuan Luhut-Prabowo itu.

Luhut Binsar Pandjaitan dan Prabowo Subianto
Foto: Republika.co.id
Luhut Binsar Pandjaitan dan Prabowo Subianto

REPUBLIKA.CO.ID  Oleh: Fauziah Mursid

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan membantah mendorong Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto maju menjadi calon presiden 2019 mendatang. Itu disampaikan Luhut menyusul pertemuannya dengan Prabowo pada Jumat (6/4) lalu.

"Saya tidak pernah mendorong. Kalau beliau mau maju, ya, silakan maju," kata Luhut saat hadir di sela-sela Rakornas Bidang Kemaritiman PDIP di DPP PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Ahad (8/4).

Namun, Luhut mengakui, Prabowo belum menyatakan bersedia maju sebagai capres 2019. Menurut Luhut, itu karena Prabowo masih menghitung secara cermat pertimbangan-pertimbangan untuk maju pada pilpres.

"Biar saja beliau begitu. Kalau beliau mau maju, saya kira bagus. Ya, pertimbangannya banyak. Pertimbangan internal beliau, saya tidak perlu cerita semua sama Anda," ujar Luhut.

Luhut juga membantah pertemuan dilakukan sebagai bagian utusan dari Presiden Joko Widodo untuk memastikan Prabowo maju capres atau mencalonkan calon lain dari Partai Gerindra. Dia mengatakan, pertemuannya dengan Prabowo adalah pertemuan biasa sebagai kawan lama.

Luhut mengakui, banyak hal dibicarakan dalam pertemuan tersebut, mulai dari persoalan bangsa hingga pilpres 2019. Namun, dia membantah membicarakan mengenai poros baru untuk pilpres 2019.

Ketua DPP Partai Golkar Yahya Zaini angkat bicara terkait pertemuan kedua tokoh tersebut. Menurut dia, pertemuan itu berkaitan dengan tahun politik 2018 ini yang menjadi ancang-ancang untuk pilpres 2019. Apalagi, lanjut Yahya, Luhut dikenal sebagai orang yang dekat dengan Presiden RI Joko Widodo.

Oleh karena itu, komunikasi antara Luhut dan Prabowo diharapkan dapat lebih mencairkan hubungan antara Jokowi dan Prabowo sebagai dua tokoh yang paling memungkinkan saling berhadapan sebagai calon presiden pada 2019. "Pertemuan tokoh ini penting, apalagi dalam tahun-tahun politik seperti sekarang ini," tuturnya, Ahad.

Namun, Yahya mengakui, pertemuan tersebut dibungkus dengan wujud silaturahim antara dua tokoh negara yang merupakan sahabat lama dan sama-sama dari kalangan militer. Namun, bagaimanapun, silaturahim ini kental dengan nuansa politik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement