Senin 09 Apr 2018 08:07 WIB

Sohibul: Bisa Jadi Jokowi Kalah dengan Kotak Kosong

Gerakan #2019GantiPresiden menunjukkan keinginan masyarakat melakukan perubahan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Ratna Puspita
Latansa PKS. Presiden PKS Sohibul Iman (depan kiri) bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (depan kanan) berada di mimbar saat pembukaan Latansa PKS di Bumi Perkemahan Cibubur, Jawa Barat, Ahad (8/4).
Foto: Republika/ Wihdan
Latansa PKS. Presiden PKS Sohibul Iman (depan kiri) bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (depan kanan) berada di mimbar saat pembukaan Latansa PKS di Bumi Perkemahan Cibubur, Jawa Barat, Ahad (8/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman berpendapat Presiden Joko Widodo (Jokowi) bisa saja kalah dengan kotak kosong pada pemilihan presiden (pilpres) 2019. Dia mengutarakan hal tersebut karena makin banyak masyarakat yang menunjukkan keinginan melakukan perubahan. 

Sohibul menjelaskan, keinginan melakukan perubahan itu terlihat dari gerakan tagar #2019GantiPresiden yang makin masif. Dengan kondisi ini, Sohibul menyatakan, jika nantinya tidak ada penantang atau calon presiden tunggal pun, rakyat akan lebih menyukai kotak kosong. 

“Bahwa meskipun calon definitif belum ada, tetap disambut luar biasa. Berarti kotak kosong pun lebih disukai masyarakat. Bisa jadi pejawat kalah oleh kotak kosong," kata dia di Jakarta, Ahad (8/4). 

Hingga saat ini, dia menyatakan, tidak ada calon presiden resmi yang menjadi ujung tombak gerakan ini. Ia menjelaskan, saat ini belum ada partai politik atau koalisi partai politik yang secara resmi mendeklarasikan calon presiden alternatif selain Jokowi selaku pejawat. 

"Sekarang ini yang resmi mencalonkan presiden baru pejawat, Pak Jokowi dengan dukungan koalisi yang cukup untuk mendapatkan tiket pada pilpres 2019," ujar dia. 

Sohibul pun menilai hal tersebut menunjukkan adanya keunikan pada gerakan tagar #2019GantiPresiden, yang disambut oleh publik. Dia mengatakan, keunikan tersebut sekaligus memperlihatkan masyarakat sudah kehilangan kepercayaan terhadap Jokowi, kendati belum ada calon penantang definitif. 

"Ini bisa dimaknai masyarakat mulai kehilangan trust kepada pejawat,” kata dia

Sohibul meyakinkan bahwa gerakan #2019GantiPresiden adalah murni sebuah gagasan yang disambut publik secara luas. Dia menambahkan, gerakan ini tidak melihat apakah ada calon alternatif yang resmi diusung di luar calon pejawat. 

"Paslon alternatifnya belum ada, tetapi seperti aura kemenangan di depan mata. Ini memang aneh. Memang 'bayangan' kadang menakutkan bagi orang-orang tertentu," ujar mantan rektor Universitas Paramadina ini.

Baca Juga: PDIP Yakin Jokowi tak Lawan Kotak Kosong Pilpres 2019

Di sisi lain, Sohibul menanggapi respons Jokowi yang menyatakan gerakan lewat kaus tidak bisa mengganti presiden. Sohibul mengatakan, pernyataan tersebut menunjukkan Jokowi merespons dengan santai gerakan tersebut. 

Dia menambahkan, respons santai Jokowi menunjukkan gerakan #2019GantiPresiden merupakan gerakan biasa, bukan kejahatan. Karena itu, dia menyatakan, hal tersebut tidak perlu ditanggapi berlebihan. Sohibul pun mengaku senang melihat respons Jokowi. 

Dia mengatakan, hal tersebut sekaligus menunjukkan gerakan tagar #2019GantiPresiden merupakan sesuatu yang biasa dalam demokrasi. “Dengan begitu, kontestasi pilpres 2019 semakin asyik," kata Sohibul. 

Presiden Jokowi telah menanggapi soal gerakan dan kaus yang dijual dengan bertuliskan #2019GantiPresiden. Jokowi menilai, yang bisa mengganti Presiden adalah rakyat dan restu Allah SWT.

"Masa kaus bisa ganti presiden? Yang bisa ganti presiden itu rakyat. Kalau rakyat mau, ya bisa ganti. Kedua, restu dari Allah. Masa ganti kaus bisa ganti presiden," kata Jokowi.

Baca Juga: Soal #2019gantipresiden, Luhut Sebut Succes Story Jokowi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement