Jumat 06 Apr 2018 15:09 WIB

Miras Oplosan Bak Simbol Perlawanan Kelas Marginal

Isu peredaran miras oplosan dinilai sosiologi sebagai persoalan subkultur.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Barang bukti miras oplosan yang diduga menyebabkan tujuh pemuda tewas seusai pesta miras oplosan. Kamis (4/5).
Foto: Republika/Fergi Nadira
Barang bukti miras oplosan yang diduga menyebabkan tujuh pemuda tewas seusai pesta miras oplosan. Kamis (4/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog dari Universitas Airlangga (Unair) Bagong Suyanto menilai beredarnya minuman keras (miras) oplosan yang mengakibatkan korban jiwa sebagai bentuk perlawanan simbolik masyarakat kelas marginal terhadap kelas mapan. Menurut Bagong, kasus ini menjadi persoalan subkultur.

"Mereka (masyarakat marginal) mengembangkan gaya hidup yang berbeda," katanya, Jumat (6/4). Ia menjelaskan, ada mental perlawanan masyarakat marginal terhadap kelas mapan. Artinya, kata dia, meski tahu miras oplosan ini berisiko menghilangkan nyawa tetapi mereka menganggap lebih gagah, lebih macho jika menenggaknya dibandingkan kelas mapan yang hanya berani minum miras yang aman.

Miras oplosan ini diyakini sebagai simbol perlawanan gaya hidup kelas mapan yang lebih suka minum yang aman-aman saja. "Ini menjadi perlawanan simbolik," ujarnya.

Dalam sepekan terakhir, setidaknya 24 nyawa melayang akibat menenggak miras oplosan di wilayah hukum Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya). Sepuluh orang tewas di Jakarta Timur, delapan orang di Jakarta Selatan, empat orang di Depok, dan dua orang di Kota Bekasi. Mereka diketahui membeli dan menenggak miras beralkohol sejak Sabtu (31/3) hingga Ahad (1/4).

Kapolres Metro Jakarta Selatan Kombes Pol Indra Jafar dan Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Tony Surya Putra menyampaikan keterangan pers bersama perihal perkembangan kasus di wilayah hukum masing-masing di Markas Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (4/4).

Indra menjelaskan, sebanyak tiga orang meninggal di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati, tiga orang lainnya di Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Minggu, dan sisanya di Rumah Sakit Zahira, Pasar Minggu. Mereka adalah W (32 tahun), AL (39), FS (38), YH (32), S (29), M (50), S (40), dan F (32).

Di wilayah Jakarta Timur, sebelumnya diinformasikan bahwa ada lima orang yang menjadi korban tewas akibat miras oplosan. Korban tewas bertambah lagi sebanyak lima orang kemarin. Dengan demikian, seluruhnya ada 10 korban tewas.

Terkait penetapan tersangka, polisi sudah menetapkan penjaga warung jamu di Jagakarsa, Jakarta Selatan, bernama Rizal sebagai tersangka. Ia diduga membuat miras oplosan dari bahan-bahan berbahaya.

Dapat mengunjungi Baitullah merupakan sebuah kebahagiaan bagi setiap Umat Muslim. Dalam satu tahun terakhir, berapa kali Sobat Republika melaksanakan Umroh?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement