Jumat 06 Apr 2018 15:05 WIB

Pengguna Komuter yang 'Dianaktirikan' Kereta Bandara

Penumpang komuter ingin infrastruktur kereta bandara dipersiapkan dengan betul.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Teguh Firmansyah
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri, dan Direktur Operasional KAI Slamet Suseno Priyanto melakukan audiensi dengan Komunitas Pengguna KRL Tangerang-Duri di Le Meridien Jakarta, Jumat (6/4).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi, Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri, dan Direktur Operasional KAI Slamet Suseno Priyanto melakukan audiensi dengan Komunitas Pengguna KRL Tangerang-Duri di Le Meridien Jakarta, Jumat (6/4).

REPUBLIKA.CO.ID, Sejak beroperasinya Kereta Api (KA) Bandara Railink, jadwal kereta Duri-Tangerang berkurang. Apalagi, ketika jam-jam sibuk, penumpang KRL Commuter Line Duri-Tangerang sesak dipenuhi penumpang. Khususnya pada pukul 06.30 hingga 08.00 WIB, dan Pukul 16.00 hingga 18.00 WIB.

Salah satu pengguna KRL Commuter Line, Darmawati (42) mengeluhkan pengurangan jadwal tersebut. Menurutnya, headway (waktu tunggu) kereta yang saat ini menjadi 30 menit, terasa menyulitkan pengguna KRL, yang sebelumnya, waktu tunggu kereta hanya per 20 menit.

Dari stasiun Tangerang, ia biasanya berangkat pada pukul 06.30 WIB. Namun, karena headway kereta yang saat ini per 30 menit, ia harus datang 30 menit lebih awal dari biasanya.

"Saya berangkat lebih pagi dari biasanya, biasa kita naik jam 6.30 WIB, tapi harus datangnya jam 06.00 WIB. Karena kondisinya sekarang itu kereta datangnya jam 06.00 itu udah ada. Pas saya datang pun itu keretanya udah penuh kondisinya," kata Darmawati di Hotel Le Meridien, Jakarta, Jumat (6/4).

 

Baca juga,  Kisruh Stasiun Duri, Menhub Minta Maaf.

 

Walaupun datang lebih awal, penumpang lain juga telah memenuhi gerbong kereta. Bahkan, di setiap pemberhentian di setiap stasiun, penumpang semakin memaksakan diri untuk dapat masuk ke dalam rangkaian kereta, sehingga terjadi penumpukan kapasitas dan membludaknya penumpang.

"Dari Tangerang itu pun kondisi gerbongnya udah penuh. Di Tanah Tinggi naik , di Batu Ceper naik lagi, di Poris yang paling banyak naik lagi, dan itu sangat membludak. Yang kayak di iklan sampai kita nempel-nempel di kaca itu bener terjadi saat ini," katanya.

Bahkan, saking membludaknya penumpang yang ada dalam gerbong kereta, saat kereta berhenti, terjadi aksi saling dorong antara penumpang. Sebab, keadaan kereta yang penuh, mengakibatkan penumpang yang ingin turun pun sulit, sehingga harus saling dorong dengan penumpang lainnya.

"Orang yang tadinya mau turun di Grogol atau Pesing itu susah, jadi main dorong-dorongan. Itu crowded banget. Teriak sana, teriak sini, berantem bahkan ada yang pingsan," tambahnya.

Ia menyayangkan dengan adanya pengurangan terhadap jadwal KRL Commuter Line tersebut. Sementara, pengoperasian kereta bandara belum sepenuhnya siap. Sebab, masih ada infrastruktur penunjang kereta bandara yang masih dilakukan pembenahan di Stasiun Duri, yaitu pembenahan jalur siding yang hingga kini masih dilakukan.

"Pas sosialisasi 30 menit itu, bayangin penumpang (yang akan masuk di ) 12 gerbong itu (antre dalam) satu eskalator. Karena crossing itu kan belum dibikin, harus melalui eskalator," tambahnya.

Untuk itu, ia meminta agar jadwal tunggu yang sebelumnya per 20 menit dikembalikan seperti semula hingga jalur siding siap. Ia juga berharap agar tidak dipaksakannya peningkatan frekuensi kereta bandara hingga jalur siding siap. Sebab, saat ini jalur kereta bandara masih menggunakan jalur KRL Commuter Line dari Stasiun Batu Ceper, Tanah Abang dan Sudirman. Kereta bandara hanya memiliki jalur baru dari Stasiun Batu Ceper menuju Bandara Soekarno Hatta.

"Kalau infrastruktur bandara itu belum siap, kembalikan saja dulu ke jadwal awal per 20 menit. Baru kalau semua infrastruktur sudah siap kan gak perlu mengubah jam. Jadi gak perlu mengganggu pengguna KRL," tambahnya.

Sementara itu, pengguna KRL Duri-Tangerang lainnya, Ruisa Khoiriyah mengatakan, peningkatan frekuensi kereta bandara tidak sebanding dengan penumpangnya. Padahal, penumpang kereta bandara tidak sebanyak KRL Commuter Line. Sehingga, peningkatan tersebut menyusahkan para pengguna KRL.

"Kemudian kita kayak harus gantian sama kereta bandera ini. Padahal penumpangnya masih sedikit, kita sempat menanyakan (kepada KAI) kenapa dipaksakan gitu, kalau infrastrukturnya belum siap ditunda dulu lah," kata Ruisa

Ruisa juga menginginkan, agar pembuatan jalur siding diselesaikan dengan target waktu satu bulan dari sekarang. Selain itu, ia juga berharap agar jalur masuk KRL Commuter Line Duri-Tangerang di Stasiun Duri kembali seperti semula.

 

Hal ini karena jalur saat ini menuntut arus mobilitas penumpang secara serentak atau bertabrakan. Padahal, lanjut Ruisa, sebagian penumpang dari arah Tangerang transit menuju Sudirman-Bogor, jalur yang semula tidak membutuhkan mobilitas serentak atau bertabrakan.

Sebagai pengguna KRL, ia mengapresiasi dengan adanya kereta bandara. Namun, tidak harus mengorbankan kepentingan pengguna KRL Commuter Line lain yang jumlahnya lebih banyak dari pengguna kereta bandara. Untuk itu, ia meminta ada penyelesaian terkait masalah tersebut dari pemerintah.

"Kita bukannya gak pro angkutan publik, kita seneng karena adanya kereta bandara. Cuma kita pengenlah ada titik tengahnya," tambah Ruisa.

Jadwal tunggu kereta yang saat ini per 30 menit, ia meminta agar menjadi per 15 menit. Hal tersebut dilakukan agar tidak adanya penumpukan penumpang, khususnya di Stasiun Duri, pada saat jam-jam sibuk.

"Biasanya setiap setengah jam, dari jam 07.00 sama 07.30 WIB. Nanti kita diminta jam mana ni yang dipilih untuk diselipin satu (kereta), sehingga ini jadi per 15 menit. Pertama di jam puncak yang paling padet itu jam 07.00 WIB di Tangerang. Jadi kereta jam 07.00 WIB itu luar biasa padatnya, karena jam itu lah orang pada berangkat kerja," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement