REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo mengingatkan pemerintah agar menekan harga bahan bakar minyak (BBM). Legislator Golkar itu mengkhawatirkan kenaikan harga BBM akan mengerek angka inflasi jelang Ramadan dan Idulfitri tahun ini.
Bamsoet -panggilan beken Bambang- menyatakan kenaikan harga BBM telah memicu inflasi Maret 2018 sebesar 0,19 persen. Sedangkan angka inflasi Janiari-Maret 2018 mencapai angka 0,76 persen.
Menurut Bamsoet, ada potensi inflasi ganda akibat kenaikan BBM dan momentum Ramadan-Idulfitri. Di sisi lain, harga minyak mentah di pasaran dunia juga merangkak mendekati USD 70 per barel sehingga pemerintah harus mengantisipasi imbasnya di dalam negeri.
“Agar pemerintah melakukan antisipasi, terutama pada bulan April-Juni (Ramadan dan Hari Raya Idulfitri, red), terhadap adanya potensi terjadinya inflasi ganda karena adanya kenaikan harga pangan dan BBM secara bersamaan,” ujar Bamsoet, Selasa (3/4).
Lebih lanjut Bamsoet mengatakan, pemerintah sebaiknya segera merevisi Peraturan Menteri ESDM Nomor 191 Tahun 2014 tentang Penyediaan, Pendistribusian dan Harga
Jual Eceran BBM. “Ini demi mempersiapkan stok dalam rangka menghadapi bulan suci Ramadan dan Idulfitri agar masyarakat mudah memperoleh BBM,” cetusnya.
Namun, Bamsoet juga mengatakan bahwa upaya menekan laju inflasi tak bisa hanya melalui revisi Permen ESDM. Sebab, Kementerian Perdagangan dan Bulog pun punya peran sentral untuk menekan laju inflasi.
Bamsoet menegaskan, Kemendag dan Bulog harus segera meningkatkan stok persediaan bahan pangan.
“Karena kebutuhan masyarakat akan bahan pangan bakal meningkat ketika menghadapi Ramadan dan Idulfitri,” katanya.
Selain itu, Kemendag harus bisa mengendalikan harga eceran tertinggi (HET) komoditas pangan terutama cabai dan bawang. Pasalnya, kedua komoditas itu tidak tahan lama. “Jadi ada potensi kenaikan harga,” pungkasnya.