Ahad 01 Apr 2018 19:54 WIB

YLKI: Soal Cacing, Komunikasi Kemenkes Bikin Bingung

Kalau ada masalah internal Kemenkes dengan BPOM jangan ke luar ke publik

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi.
Foto: dok. Republika
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyatakan pernyataan Menteri Kesehatan Nila F Moeloek yang menyebut cacing dalam produk Ikan Makarel Kalengan tidak berbahaya merupakan cara komunikasi publik yang gagal total. Sebab, selain membuat bingung masyarakat 'pernyataan makan cacing kaya protein' juga mengindakasikan ada persoalan internal antara Kemenkes dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

"Iya, masyarakat dibuat bingung saja. Kalau ada soal internal antara Kemenkes dan BPOM selesaikan diinternal saja, jangan ke luar ke publik. Apalagi pihak yang berwenang sebuah barang dipasarkan -- yakni sebelum dan sesudah dipasarkan -- adalah pada BPOM, bukan Kemenkes. Merekalah yang menguji di laboratorium untuk memberi iinij dan mengontrol sebuah bahan makanan, obat, atau sejenis lainnya. Kalau begini cara komunikasinya suasana masyarakat malah bisa bisa hancur jadinya,'' kata  Tulus Abadi, di Jakarta, Ahad (1/4).

Di publik, lanjut Tulus, kini ada gambaran jelas bahwa antara Kemenkes dan BPOM ada persoalan serius. Ini tercermin dari pernyataan Menkes soal 'protein dalam cacing' yang justru mengecilkan arti dan keberadaan Kepala BPOM.

''Soal ini makin rumit karena soal 'cacing dalam makanan olahan' bukan hanya menyangkut selera dan kesehatan. Mungin maksudnya pernyataan itu benar. tapi jelas ada soal lain yang serius, yakni soal keagamaan atas sebuah makanan: halal dan haram. Ingat sebagaian ulama menyatakan cacing karena menjijikan haram di makan. Jadi soal yang juga sangat serius bukan?,'' ungkap Tulus.

Dia mengatakan sangat memahami keresahan di masyarakat yang tercermin dalam percakapan di media sosial. Bahkan, kini sudah ada seorang yang mengaku apoteker menulis surat terbuka ke Menkes dan diunggah di media sosial. "Jadi jelas itu merupakan ekpresi dari kegelisahan masyarakat,'' tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement