Senin 26 Mar 2018 07:30 WIB

Rico: 'Koalisi 212' Bisa Jadi Cerminan Arus Utama Umat Islam

Direktur Media menilai usulan agar empat parpol berkoalisi patut dipertimbangkan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Bayu Hermawan
Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi)
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Warga memasukan surat suara ke kotak suara. (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Media Survei Nasional (Median) Rico Marbun menilai usulan agar Gerindra, PKS, PAN, dan PBB berkoalisi di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 patut dipertimbangkan dan bukan tidak mungkin menjadi koalisi kuat pada 2019. Terlebih, koalisi empat parpol itu diminta mengusung sendiri pasangan calon presiden atau calon wakil presiden dari suara umat Islam.

"Saya pikir usulan koalisi pilpres itu cerminan dari arus pikiran publik, khususnya kalangan umat Islam," kata dia kepada wartawan, Ahad (25/3).

Usulan Habib Rizieq ini muncul, menurut dia, bukan tanpa sebab. Usulan ini muncul karena ada arus utama dari pikiran publik, khususnya umat Islam pendukung gerakan 212. Selaini itu, arus utama kelompok ini, menurut dia, tidak bisa diabaikan begitu saja.

Ia merujuk ke politik aliran pada Pemilu 1955 ketika sekelompok umat Islam bersatu dalam arus utama bersama. Hal yang sama terjadi pada Pilkada DKI kemarin yang disebut berhasil membawa politik aliran umat Islam melawan kekuatan pejawat.

Namun, yang menjadi pertanyaan, elite politik dari empat partai ini mau menangkap sinyal arus utama umat Islam ini atau tidak. Sampai saat ini, partai yang menangkap kuat sinyal arus utama umat Islam kelompok ini adalah Gerindra dan PKS.

Sedangkan, PAN hingga kini belum secara tegas akan berposisi sebagai koalisi bersama atau pengusung capres-cawapres dengan Gerindra dan PKS. PBB walaupun sudah memosisikan akan melawan Jokowi, secara kursi parlemen tidak memiliki kekuatan.

Sementara, ada kekuatan Demokrat, yang menurut dia masih menimbang-nimbang apakah akan ikut arus besar umat Islam kelompok 212 atau mengusung kader sendiri. Namun, menurut dia, yang penting bukan sekedar koalisi, tetapi bagaimana pikiran rakyat dan umat Islam tersalurkan dari koalisi ini.

"Jadi, kalau partai yang tidak berkoalisi atas pikiran rakyat dan umat Islam itu akan terlempar dengan sendirinya. Jadi, bila arus politik umat Islam ini semakin membesar, yang mengambil hanya dua partai saja. Dua partai itulah yang akan mendapatkan keuntungan besar dari aspirasi umat Islam ini," kata Rico menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement