Ahad 25 Mar 2018 13:40 WIB

Anis Matta Tanggapi Prediksi Cina Jadi Raksasa Dunia 2030

Cina dan AS akan bertarung memperebutkan hegemoninya atas dunia.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Budi Raharjo
Kover buku Ghost Fleet.
Foto: Amazon
Kover buku Ghost Fleet.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon presiden yang diusung PKS Anis Matta menilai polemik novel 'Ghost Fleet' positif dan menjadi alarm bagi Indonesia. Yang lebih penting, apa yang harus kita lakukan mulai dari sekarang.

"Jika skenario berjalan linear, dan kita tidak melakukan apa-apa, maka kita akan menjadi pelanduk yang terinjak-injak, diantara dua gajah yang bertarung," ujarnya dalam siaran, Ahad (25/3).

Pada tahun 2030 jika AS tidak melakukan interupsi, akan terjadi crossing line, persimpangan di mana Cina diprediksi akan menjadi kekuatan nomor satu dunia mengalahkan AS, baik dari sisi ekonomi, teknologi dan militer. Menurut dia, dua gajah besar itu akan bertarung memperebutkan hegemoninya atas dunia. Bagaimana pemerintah meresponsnya, menjadi sangat menentukan masa depan Indonesia.

Anis menambahkan, yang lebih penting adalah Indonesia menyiapkan diri menjadi faktor "interupsi" itu. Indonesia harus mampu memimpin dan menggalang ASEAN untuk menjadi kawasan yang lebih independen dan mampu mengartikulasikan kepentingannya sendiri.

"ASEAN jangan terombang-ambing dalam tarik-menarik Amerika-Cina. Apalagi, jika Cina benar-benar menjadi kekuatan nomor satu dunia, maka dominasi Negeri Tirai Bambu itu di Asia akan mutlak," kata Anis.

Bersama ASEAN, lanjut dia, Indonesia harus menjadi pemain global, dan menjadi faktor "interupsi" yang mencegah terjadinya perang antara dua kekuatan adidaya dunia tersebut.Sebab pada dasarnya masyarakat dunia tidak menginginkan terjadinya perang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement