Ahad 09 Nov 2025 12:18 WIB

China Gelontorkan Triliunan Yuan untuk Pacu Ekonomi lewat Industri Olahraga

China mengincar menjadi pusat even olahraga global.

 Foto selebaran yang disediakan oleh OIS/IOC menunjukkan Stadion Nasional Beijing menyala selama upacara penutupan Paralimpiade Musim Dingin 2022 di Stadion Nasional di Beijing, Cina, 13 Maret 2022.
Foto: EPA-EFE/Simon Bruty
Foto selebaran yang disediakan oleh OIS/IOC menunjukkan Stadion Nasional Beijing menyala selama upacara penutupan Paralimpiade Musim Dingin 2022 di Stadion Nasional di Beijing, Cina, 13 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SHENZHEN — Pemerintah China mengambil langkah besar dengan menjadikan sektor olahraga sebagai salah satu mesin penggerak ekonomi. Langkah strategis ini semakin mencolok seiring dengan digelarnya National Games China di Guangzhou. Demikian dilaporkan CNA, Sabtu (8/11/2025).

Di Kota Shenzhen yang beriklim subtropis, ratusan pengunjung meluncur menuruni lereng salju buatan. Hebatnya lagi, lereng salju itu dibuat di Qianhai Snow World. Arena seluas 100 ribu meter persegi—setara dengan 15 lapangan sepak bola—ini dibantu oleh teknologi tinggi untuk tetap berada pada suhu konstan -6°C sepanjang tahun.

Sebagai pusat ski indoor terbesar di dunia, fasilitas senilai 4,2 juta dolar AS ini merupakan upaya terbaru kota di China selatan itu untuk mentransformasi diri menjadi destinasi wisata andalan. Qianhai Snow World ini dilengkapi dengan lima lereng profesional, lift ski, dan zona bermain salju, sehingga bahkan menarik minat pengunjung dari Hong Kong dan Makau.

"Kami bisa berkendara ke arena ski ini di Shenzhen dengan cukup cepat, hanya sekitar satu jam," ujar seorang pelanggan asal Hong Kong yang berkunjung selama libur Festival Pertengahan Musim Gugur.

Bagi Pemerintah China, fasilitas ini lebih dari sekadar daya tarik wisata. Ini adalah bagian dari dukungan pemerintah atas industri olahraga dan potensinya untuk memacu perekonomian negara di panggung global.

Sehingga, Qianhai tidak sekadar untuk pelesir warga. Tapi memang sengaja dibangun untuk menyelenggarakan kompetisi internasional. Lokasi ini segera akan terhubung dengan hotel, kolam renang indoor, dan trek bersepeda, menciptakan kompleks olahraga modern.

Olahraga sebagai Strategi Pertumbuhan

Beijing sepertinya memasang target tinggi pada olahraga sebagai pendorong konsumsi domestik. Pada September lalu, pemerintah merilis beleid khusus percepatan industri olahraga nasional.

Tujuannya adalah untuk menyedot potensi konsumsi di sektor ini dan mendorong apa yang disebut pejabat sebagai "pembangunan berkualitas tinggi".

"Menyejahterakan rakyat adalah dasar dan premis untuk mendorong konsumsi. Mempromosikan konsumsi juga merupakan cara penting untuk mensejahterakan rakyat," ujar Wakil Menteri Perdagangan China, Sheng Qiuping, pada September kemarin.

Dia mencontohkan, kebijakan diformulasikan untuk menciptakan sejumlah acara berkualitas yang lebih populer, liga profesional, dan kompetisi olahraga dari merek-merek dengan hak kekayaan intelektual independen.

Berdasarkan Kantor Umum Dewan Negara, Beijing menargetkan industri olahraga domestik tumbuh hingga lebih dari 7 triliun yuan (985 miliar dolar AS) pada 2030. Ini mencakup bagaimana pemerintah menciptakan para produsen, pelaku industri, dan pelaku even olahraga China yang mampu bersaing di kancah global.

Bagaimana kondisinya saat ini? Sepertinya industri olahraga China kini telah mencapai sekitar separuh jalan dari target tersebut—diproyeksikan akan melampaui 3 triliun yuan pada akhir tahun ini. Data terbaru pemerintah menunjukkan industri ini tumbuh rata-rata 11,6 persen per tahun.

Panggung untuk National Games

Lebih ke utara, Kota Guangzhou bersiap menyambut National Games ke-15 China yang dibuka pada Ahad (9/11/2025). Guangdong Olympic Stadium—yang pernah menjadi tuan rumah National Games ke-9 pada 2001, even atletik Asian Games 2010, dan sempat diusung untuk Olimpiade 2008—telah dipermak sedemikian rupa dan berteknologi tinggi.

Stadion ini kini dilengkapi panel surya yang menyalakan atap, menggunakan sistem pintar yang memotong penggunaan energi hingga 20 persen, dan trek lari sepanjang 3 km yang digerakkan oleh akal imitasi (AI).

Permak teknologinya bahkan melampaui kompetisi itu sendiri. Pemerintah bertujuan menggunakan venue semacam ini untuk mengais keuntungan dari ekonomi olahraga global. Pada 2030, China menargetkan membangun sekitar 100 venue olahraga yang mampu menggelar kompetisi internasional.

Peluang UMKM

Namun, industri olahraga di China bukan hanya permainan bagi pemain besar. UMKM juga diberikan ruang untuk tumbuh.

Salah satunya adalah pusat pickleball di Guangzhou yang dioperasikan warga Singapura, Darren Ho, seorang mantan pemain profesional yang beralih menjadi pengusaha. Lapangannya tersembunyi di lingkungan yang tenang di pinggiran pusat kota, tetapi mampu menarik pelanggan tetap dari Hong Kong.

"Di sini, mungkin bayarnya 300 yuan per jam, sementara di Hong Kong, menyewa pelatih pribadi bisa sekitar 800 hingga 1.000 yuan," kata seorang pemain.

Ho kini sedang memperluas bisnisnya ke fasilitas yang lebih besar dengan lapangan kompetisi dan tribun penonton. "Akan ada layar LED, kamera siaran langsung, dan teknologi bagi pemain untuk menganalisis permainan mereka sendiri melalui kamera. Ini akan menjadi cukup mutakhir," ujar dia.

sumber : CNA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement