REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra Sudaryono mengatakan pidato Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto tentang kajian asing terkait Indonesia, mengingatkan agar RI tidak meremehkan persoalan bangsa.
"Ini peringatan dari Pak Prabowo setelah beliau membaca informasi dari buku di luar negeri. Seharusnya kita bisa antisipasi, bagaimana agar hal terburuk seperti ini bisa dihindari," kata Sudaryono dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (24/3).
Dia mengatakan seharusnya anak bangsa berterima kasih dengan Prabowo yang sudah memberikan peringatan sehingga bangsa ini bisa mengantisipasinya dengan baik dan hal yang diproyeksikan di dalam buku tersebut tidak terjadi.
Menurut Sudaryono tidak ada kalimat langsung yang menyatakan Prabowo mengatakan seperti yang ramai sedang diperbincangkan oleh para pengamat maupun politisi."Padahal kutipan Prabowo langsungnya adalah, 'Tetapi di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian, di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030. Mereka ramalkan kita ini bubar'," ujarnya.
Baca juga, Prabowo: Pidato 2030 Indonesia Bubar Itu Atas Kajian Intelijen.
Dia mengatakan, penulis buku "Ghost Freet" yang menjadi referensi juga kredibel, yaitu P.W Singer yang merupakan ahli ilmu politik luar negeri. Penulis mendapatkan gelar Ph.D dari Harvard University.
Menurut dia, Peter Warren Singer bersama rekannya August Cole, mereka mencoba memprediksi apa yang akan terjadi di masa depan dalam konflik global dan agar prediksi dan perspektifnya hidup. Ia menuliskan analisanya itu dalam drama novel.
Sudaryono juga mendapat informasi, karena yang menulis seorang yang sangat ahli, novel ini bahkan menjadi perhatian serius petinggi militer di Amerika Serikat.
"Bahkan James G Stavridis, pensiunan laksama angkatan laut Amerika Serikat, yang kini menjadi dekan di Tufts University bidang hubungan internasional, menyebut buku itu merupakan cetak biru untuk memahami perang masa depan. Pemimpin militer di Amerika Serikat mewajibkan para tentara membacanya," katanya.
Sudaryanto mengingatkan bahwa Indonesia merupakan negara yang kaya dan sudah menjadi incaran bangsa lain dari zaman ke zaman. Karena itu dia menilai kita harus mawas diri, waspada dan meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Dia mencontohkan Uni Soviet bubar bukan karena kalah teknologi nuklir dengan Amerika Serikat namun karena salah kelola pemerintahan dan tingginya kesenjangan sosial.