Jumat 23 Mar 2018 02:50 WIB

Budayawan: Hidupkan De Tjomolomadoe Jadi Pusat Kebudayaan

Perlu ada sinergi yang melibatkan masyarakat

Singgah ke De Tjolomadoe
Foto: Dok: Mohammad Akbar
Singgah ke De Tjolomadoe

REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR -- Budayawan Kota Solo Suprapto Suryodarmo menyatakan agar pihak pengelola menghidupkan De Tjolomadoe sebagai pusat kebudayaan baru dan tidak hanya berkonsentrasi pada keuntungan.

"Untuk menghidupkan tempat ini perlu ada sinergi yang melibatkan masyarakat karena kalau tidak, tempat ini hanya akan menjadi istana untuk kelas menengah ke atas," katanya pada acara Diskusi Pakar dengan tema "Urip Iku Urup: Arsitektur dan Warisan Budaya" di Karanganyar, Jawa Tengah, Kamis (22/3).

Ia mengatakan, dalam hal ini pengelola perlu mengangkat budaya bebrayan atau bersaudara yang ada di masyarakat sehingga masyarakat juga merasa memiliki keterikatan dengan tempat tersebut.

"Melihat keindahan bangunan ini, tentu sekaligus bisa meningkatkan selera bagi UKM maupun masyarakat. Tempat ini nantinya juga harus terbuka dan punya semangat menerima dari mana saja dan kapan saja, terutama karya masyarakat," katanya.

Selain itu, tempat yang nantinya menjadi salah satu destinasi baru di wilayah Soloraya tersebut diharapkan bisa menjadi terminal bagi berbagai macam kebudayaan yang ada saat ini.

"Jadi, tidak hanya berpikir masif dan mengakar, tetapi ada pemikiran out of the box yang punya kegairahan, yaitu urup itu tadi. Jangan sampai tempat ini terjebak pada rutinitas yang hanya berorientasi untung," katanya.

Selain itu, ia berharap agar De Tjolomadoe yang dahulunya merupakan Pabrik Gula Colomadu ini bisa dikaitkan dengan situs bersejarah lain, seperti Sangiran, Pura Mangkunegaran, Candi Borobudur, dan Candi Plaosan.

Sementara itu, guru besar arsitektur dan pariwisata UGM Wiendu Nuryanti mengatakan, konsep transformasi tersebut tidak hanya menyangkut Colomadu itu sendiri, tetapi juga melibatkan masyarakat.

"Jadi, memungkinkan memfasilitasi kegiatan yang berskala besar, tetapi memungkinkan dibagi menjadi tempat yang lebih kecil sehingga lebih terbuka aksesnya terhadap banyak komunitas," katanya.

Senada dengan Suprapto, Windue berharap lokasi tersebut bisa menjadi art creative space atau sebagai ruang seni kreatif masyarakat. "Pada dasarnya ini harus dijaga secara kuat dan dipertahankan spirit dan konsep seni kreatif agar ada keseimbangan antara profit untuk memastikan kesinambungan tempat ini dan soul-nya sebagai tempat kreatif juga terasa," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement