REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menyarankan perempuan berhati-hati jika menggunakan taksi daring. Hal itu menyusul munculnya kasus pembunuhan yang dilakukan sopir taksi daring kepada penumpangnya belum lama ini.
Tulus menilai saat ini taksi daring belum memiliki standar keamanan yang bagus untuk melindungi konsumennya. "Untuk kosumen perempuan memesan taksi online jangan sendirian apalagi kalau malam hari. Oknum driver melakukan perundungan seksual juga sangat berpotensi," kata Tulus di kawasan Menteng, Kamis (22/3).
Tulus bahkan menilai jauh lebih aman menggunakan taksi reguler yang sudah memiliki reputasi jauh lebih baik dan memiliki standar keamanan. Untuk itu Tulus menyarankan pihak aplikasi taksi daring harus melengkapi standar keamanan yang bisa melindungi penumpangnya. Belum lagi mengenai perlindungan data pribadi dari konsumen yang menurutnya bisa menjadi sasaran kejahatan dari sopir taksi daring.
"Saat antar jemput, konsumen sebaiknya jangan berhenti langsung di depan rumahnya. Jangan berikan kesempatan pengemudi online mengetahui rumah atau bahkan tempat kerja konsumen. Ini untuk mencegah tindakan tidak terpuji dari oknum pengemudi kepada konsumennya," jelas Tulus.
Sebelumnya, tim gabungan Direskrimum Polda Jabar dan Polres Bogor menangkap sopir taksi daring dan rekannya yang melakukan pembunuhan kepada penumpangnya, Selasa (20/3). Yun Siska Rohani (29 tahun) meninggal karena dibunuh setelah memesan jasa taksi daring.