REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sampai saat ini Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto belum mendeklarasikan diri sebagai calon presiden (Capres) 2019. Padahal sejumlah eleman di partai sudah mendeklarasikan dukungan kepada Prabowo untuk menantang kembali Joko Widodo (Jokowi). Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, Probowo bersikap realistis terhadap fakta di lapangan.
"Prabowo bersikap realistis karena dia melihat survei yang memang belum tinggi, kedua keterbatasan dia untuk melakukan kompromi politik karena dia hanya punya PKS saat ini," ungkap Yunarto, saat ditemui di Hotel Atlet Century, Kamis (22/3).
Yunarto menambahkan, Prabowo masih berpiki, bagaimana untuk membangun poros dengan partai politik (parpol) lain selain dengan PKS. Seperti dengan PKB atau Demokrat yang sudah mulai dibuka lewat Fadli Zon. Maka sebelum terkonsolidasi kompromi-kompromi di level elit maka Prabowo tidak akan berani mendeklarasikan diri sebagai capres.
Di samping itu, elektabilitas Prabowo juga cenderung turun, dibandingkan Jokowi. Karena Jokowi memiliki ruang untuk berkampanye dengan kebijakan-kebijakan, sementara Prabowo tidak. Kemudian orang-orang yang dianggap bisa menjadi alternatif selain Jokowi pun mulai muncul. Mulai dari mantan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo, dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
"Sehingga otomatis, Gatot dan Anies itu bukan menggerus suara Jokowi tapi menggerus suara Prabowo yang tadinya menjadi satu-satunya pilihan anti Jokowi," tambahnya.
Meski demikian, Yunarto mengakui, apabila Prabowo sudah mendeklarasikan diri, biasanya akan cenderung naik lagi. Karena mereka akan memilih yang sudah pasti menjadi Capres, tapi tidak signifikan. Namun, menurut Yunarto, sosok alternatif lebih memiliki efek kejut dibanding Prabowo yang brand sudah dua kali dilaunching dan kalah terus.
"Lebih baik mencoba atau gambling dengan band baru, walau di surevi kecil tapi efek kejutnya ada. Saya pribadi melihatnya Prabowo lebih baik jadi king maker," tutup Yunarto.