Rabu 21 Mar 2018 20:47 WIB

Sandi Ajak Warga Tinggalkan Pemakaian Air Tanah

Sandi menyontohkan dengan menutup sumur air tanah di kediamannya

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Bilal Ramadhan
Sandiaga Uno
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Sandiaga Uno

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggunaan air tanah secara berlebihan dan terus-menerus berdampak negatif terhadap lingkungan. Apa yang terjadi beberapa tahun terakhir adalah penurunan kuantitas dan kualitas air tanah, serta amblesnya tanah yang ditandai dengan ruas jalan ambles ataupun miringnya gedung-gedung bertingkat.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno mengajak masyarakat, khususnya warga Jakarta, untuk mulai meninggalkan pemakaian air tanah dan beralih ke perpipaan (air PAM). Sebagai upaya awal, Sandi menyarankan warga dengan mulai meninggalkan penggunaan air tanah di rumah atau tempat tinggal masing-masing.

"Mari kita berhenti memakai air tanah secara berlebihan dan mulailah menggunakan air perpipaan," kata Sandi di Jakarta, Rabu (21/3).

Sandi pun menutup sumur air tanah dan beralih ke air perpipaan di kediamannya. Penutupan sumur air tanah yang dilakukan oleh Sandi diharapkan dapat menginspirasi masyarakat untuk tidak lagi menggunakan air tanah.

Berdasarkan data yang dihimpun oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, hanya 4,3 meter kubik per detik imbuhan air hujan yang masuk ke dalam tanah. Angka ini tidak sebanding dengan pengambilan air tanah dangkal di wilayah DKI Jakarta sebesar 13,75 meter kubik per detik.

Total jumlah air tanah dangkal (aquifer tidak tertekan) maksimum yang dapat diambil adalah sebesar 36,17 juta meter kubik per tahun. Pengambilan air tanah dangkal yang berlebihan menyebabkan terjadinya intrusi air lautdan penurunan permukaan tanah.

Pemanfatan sumber daya air tanah di DKI Jakarta sudah melebihi daya dukungnya. Hal ini disebabkan belum terjangkaunya cakupan layanan jaringan air perpipaan dan belum terpenuhinya kualitas maupun kontinuitas ketersediaan air oleh penyelenggara penyediaan air perkotaan DKI Jakarta.

Selain itu, terbatasnya sumber daya air tawar di daratan pulau dan bertambahnya penduduk di pulau menyebabkan peningkatan konsumsi air tanah. Apabila penyedotan air tanah telah melebihi kapasitas air tanah untuk pulih maka akan terjadi intrusi air laut hingga sumber air setempat akan menjadi payau hingga asin.

Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Energi Provinsi DKI Jakarta pada Desember 2017, total pelanggan air tanah sebanyak 4.377 dengan perkiraan pemanfaatan air tanah sebesar 603.225 meter kubik per bulan atau 7.238.700 meter kubik per tahun.

Untuk diketahui, cakupan pelayanan air bersih mitra kerja PDAM baru mencapai 577.109 juta meter kubik per tahun (60,27 persen), dengan pelanggan air tanah yang mengonsumsi air sebanyak 8,850 juta meter kubik per tahun. Perkiraan kebutuhan air bersih pada 2030 adalah sebesar 1.032,6 juta meter kubik per tahun (Dokumen RPPLH 2015).

Karena itu, pemprov mengajak masyarakat mengendalikan pemakaian air tanah agar lingkungan dapat tetap terjaga untuk generasi yang akan datang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement