REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Joko Widodo (Jokowi) akan lebih aman kalau memilih calon wakil presiden (cawapres) dari PDI Perjuangan pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. PDIP juga dinilai memiliki banyak kader bagus dan potensial untuk menjadi pendamping Jokowi.
Pengamat Politik Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Indonesia (Kedai Kopi) Hendri Satrio mengungkapkan ada sinyal PDIP akan mengusung kadernya untuk mendampingi Jokowi pada pesta demokrasi tahun depan. Dia menambahkan sinyal tersebut terlihat pada Rakernas PDIP di Bali, Februari lalu.
"Pengusungan Jokowi kemarin juga tak diumumkan oleh Bu Mega secara terbuka, kan? Jadi ada sinyal yang kuat bila PDIP sendiri sedang menyiapkan tokoh untuk dampingi Pak Jokowi. Apalagi kader PDIP cukub banyak dan bagus-bagus,” kata Hendri kepada Republika, Ahad (18/3).
Hendri berpendapat pengusungan kader PDIP untuk mendampingi Jokowi sangat mungkin terwujud. Sebab, Jokowi dan PDIP saling membutuhkan.
PDIP membutuhkan Jokowi untuk mendongkrak suara kandidat-kandidatnya pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2018. Tahun ini, ada 117 wilayah yang menggelar kontestasi pemimpinnya, termasuk Jawa Barat dan Jawa Timur yang merupakan daerah dengan suara terbanyak pada pemilihan umum (Pemilu).
"PDIP butuh Jokowi untuk booster Pilkada, sementara Jokowi butuh PDIP untuk menahan agar elektabilitasnya tidak turun," kata dia.
Tri Rismaharini. (Republika/Wihdan Hidayat)
Menurut Hendri, ada beberapa kriteria tokoh yang akan dipertimbangkan oleh PDIP untuk mengisi posisi tersebut. "Yang pertama adalah tokoh atau kader yang memimpin daerah. Yang kedua, adalah dari jajaran Kabinet Kerja, dan yang ketiga adalah dari kader yang menuruni trah Soekarno," ujar Hendri.
Ia mengungkapkan, PDIP memiliki calon potensial dari masing-masing kriteria itu. Misalnya, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini masuk dalam kriteria pertama. Namun, dia mengatakan, pengusungannya akan terkendala keinginan Risma yang ingin menuntaskan jabatannya sebagai wali kota Surabaya hingga selesai.
Bahkan, keinginan tersebut membuat Risma menolak ketika akan diusung sebagai calon gubernur Jawa Timur pada Pilkada 2018. "Selama ini memang selalau nggak mau, nggak mau, begitu kan. Akan tetapi, mungkin saja selama ini, PDIP sedang mempersiapkan dia menjadi cawapres untuk mendampingi Jokowi,” kata dia.
Menurut Hendri, peluang mencalonkan Jokowi-Risma ini juga lantaran sekarang ini sudah bukan lagi eranya menyandingkan tokoh Jawa-luar Jawa pada pemilihan presiden. "Memang sudah tidak begitu lagi, tetapi memang akan lebih baik ada Jawa-Luar Jawanya," kata dia.
Puan Maharani. (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Terkait kategori kedua, yakni anggota Kabinet Kerja, PDIP bisa mempertimbangkan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Sementara untuk kategori ketiga, trah Sukarno, PDIP bisa mempertimbangkan tiga nama, yakni Puan Maharani, Prananda Prabowo, dan Rizki Pratama.
Namun, Hendri melihat potensinya sendiri lebih banyak diberikan kepada Prananda Prabowo. Sebab, Puan dinilai lebih dipersiapkan untuk berkiprah di Partai Politik. "Memang agak berbeda ya, karakter Puan itu. Saya sih menduganya Puan memang disiapkan di partai politik dan legislatif, walaupun saat ini dia menko, ya,” kata dia.