Ahad 18 Mar 2018 17:26 WIB

Pemberantasan Terorisme, Jokowi Puji Australia-ASEAN

Kerjasama ini penting dilakukan karena terorisme dapat terjadi di negara mana pun.

Rep: Dessy Suciati Saputri / Red: Ratna Puspita
Presiden Joko Widodo
Foto: EPA/Made Nagi
Presiden Joko Widodo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengapresiasi keterlibatan aktif Australia dan ASEAN dalam memerangi ancaman terorisme. Ia menyampaikan, kerjasama penanganan terorisme ini penting dilakukan mengingat ancamannya yang dapat terjadi di negara mana pun.

"Saya ingin menyampaikan apresiasi kepada Australia atas upaya memajukan kerja sama counter-terrorism dengan ASEAN,” kata Presiden ketika menyampaikan pidatonya dalam Sidang Pleno KTT Istimewa ASEAN-Australia di International Convention Centre, Sydney, Ahad (18/3).

Dia menerangkan kerja sama di bidang counter-terrorism menjadi perhatian semua negara. “Hal ini sangat dapat dipahami mengingat sampai saat ini ancamanterorisme tidak berkurang, termasuk di kawasan kita," kata Presiden.

Jokowi menyebut, kerjasama sub-regional pasca-Marawi yang digagas oleh Indonesia dan Australia bersama dengan Malaysia, Filipina, Brunei Darussalam dan Selandia Baru merupakan salah satu contoh kerjasama yang cepat dan efektif. Menurut dia, dengan kerjasama tersebut, hasil penanganan terorisme pun dapat langsung dirasakan.

Dalam kesempatan ini, Jokowi juga menyambut baik penandatanganan nota kesepahaman ASEAN-Australia MoU on Cooperation to Counter International Terrrorism yang dinilai akan menjadi penguat upaya memerangi ancaman terorisme. "Dari observasi saya, MoU ini menekankan keseimbangan antara pendekatan keras dan lunak," ujarnya.

Ia menjelaskan, untuk mengatasi ancamanterorisme dan radikalisme tak cukup hanya menggunakan pendekatan keras. Namun juga perlu diimbangi dengan pendekatan lunak. 

Kendati demikian, Jokowi mengatakan, Indonesia menilai kapasitas preventif merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam upaya pendekatan keras. Dia menyatakan kerja sama pengembangan kapasitas pencegahan terjadinya serangan perlu terus ditingkatkan. 

"Kegagalan pencegahan tidak saja akan menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan kerugian besar lainnya, namun juga memicu reaksi eksesif yang tidak perlu terjadi,” ujar dia. 

Terkait pendekatan lunak yang telah dilakukan oleh Indonesia, Jokowi menceritakan pengalaman pemerintah dalammenangani upaya deradikalisasi dan kontra radikalisasi di Indonesia. Di antaranya melibatkan para mantan narapidana terorisme yang telah insaf dalam pencegahan ancaman radikalisme dan terorisme. 

Selain itu, para mantan narapidana terorisme itu pun difasilitasi untuk bertemu dengan keluarga korban. Para mantan narapidana teroris tersebut saat ini membantu pemerintah dalam menyebarluaskan nilai-nilai toleransi dan perdamaian. 

“Mereka telah menjadi agen penyebaran toleransi dan nilai perdamaian. Dengan bantuan para mantan narapidana ini keluarga dan lingkungan mereka justru lebih mudah diubah menjadi lingkungan yang toleran dan damai," kata Jokowi bercerita.

Dalam langkah pencegahan radikalisme dan terorisme, pemerintah juga bekerja sama dengan organisasi besar di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan juga Muhammadiyah. Presiden pun berharap kerjasamapemberantasan terorisme dan radikalisme ini dapat terus ditingkatkan.

"Saya berharap kerja sama untukpemberantasan radikalisme dan terorisme akan dapat terus ditingkatkan, baik melalui pendekatan keras maupun pendekatan lunak. Indonesia siap berkontribusi," ucap Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement