Selasa 13 Mar 2018 12:06 WIB

Kantong Parkir Ganjil-Genap di Bekasi Masih Sepi Kendaraan

Petugas Transjabodetabek mengeluhkan kurangnya sosialisasi tempat tunggu bus.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Bilal Ramadhan
Kendaraan mobil dengan nomor polisi ganjil memutar balik saat hari pertama pemberlakuan sistem ganjil genap di Gerbang Tol Bekasi Barat 1, Bekasi, Jawa Barat, Senin (12/3).
Foto: Republika/Mahmud Muhyidin
Kendaraan mobil dengan nomor polisi ganjil memutar balik saat hari pertama pemberlakuan sistem ganjil genap di Gerbang Tol Bekasi Barat 1, Bekasi, Jawa Barat, Senin (12/3).

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Empat kantong parkir yang disediakan pemerintah dalam rangka penerapan paket kebijakan ganjil-genap masih terlihat kosong. Hanya beberapa kendaraan pribadi yang memarkirkan kendaraannya.

Sugiono, petugas parkir Summarecon Bekasi, mengatakan, area parkir masih normal seperti hari biasanya. Menurut dia, masih banyak masyarakat yang belum tahu terkait kebijakan bus Transjabotabek premium ini.

"Masih normal, dan kebanyakan parkir di sini lalu pindahnya naik busway biasa," kata dia.

Sementara itu, petugas bus Transjabodetabek, Rinto, mengeluhkan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat terhadap tempat tunggu bus. Ia mengatakan, penumpang bus dari Summarecon belum penuh dan belum banyak yang mengetahui bahwa ada bus premium.

"Masih sepi dari kemarin, belum penuh, paling banyak 15 yang ke arah Blok M dan Kuningan," ujar Rinto sambil memanggil-manggil penumpang.

Rinto berharap pihak pengadaan bus memasang tanda besar sebagai informasi tujuan bagi penumpang. Sebab, bayang masyarakat yang masih bingung akan perbedaan bus reguler dan bus premium.

Lain halnya di Mega Bekasi. Penumpang lebih banyak naik dari titik ini dibandingkan dari Summarecon. Lucky (29) memilih bus premium sebab kenyamanan yang ditawarkan.

"Dari kemarin saya naik ini, nyaman, space bangkunya juga lega, dan lebih cepat. Saya turun di Komdak," kata dia di bus premium tujuan Plaza Senayan.

Menurut dia, dengan tarif bus Rp 20 ribu sudah sepantasnya penumpang mendapat fasilitas yang baik dan nyaman seperti yang ia dapat. "Saya naik ojek daring dari rumah karena deket sih rumah. Biasanya naik Transjakarta, tapi kalau Transjakarta berdiri dan banyak berhenti di halte-halte," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement