Selasa 13 Mar 2018 08:32 WIB

Menakar Peluang AHY Mendampingi Jokowi

Becermin pada pengalaman 2009, tak mudah menggandeng cawapres dari partai politik.

Rep: Ronggo Astungkoro, Farah Nabila/ Red: Budi Raharjo
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berjabat tangan dengan Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) disaksikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) saat membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat 2018 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) berjabat tangan dengan Ketua Kogasma Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (kiri) disaksikan oleh Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) saat membuka Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Partai Demokrat 2018 di Sentul International Convention Center (SICC), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mencuat. Kendati dalam rapat pimpinan nasional Partai Demokrat pada akhir pekan lalu tak ada keputusan tentang calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres), nama AHY disebut-sebut pantas menjadi cawapres.

Bahkan, AHY dinilai layak mendampingi pejawat Presiden Jokowi yang akan maju lagi pada ajang pilpres 2019. Sekjen Partai Demokrat Hinca Panjaitan tanpa ragu mengatakan, partainya menawarkan AHY untuk berduet dengan Jokowi. "Saya kira tak ada lagi yang ditutup-tutupi. Tadi itu terbuka kami menawarkan, menyiapkan Mas AHY sebagai pemimpin baru," ucap dia di Sentul, Bogor, Ahad (11/3).

Hinca berharap masyarakat dapat menerima kemunculan AHY. Pun begitu dengan partai politik lain. Ia yakin Jokowi akan mempertimbangkan kemunculan AHY sebagai cawapres yang berpotensi mendampinginya.

Pada saat pembukaan Rapimnas Partai Demokrat, Presiden Jokowi hadir dan memberikan sambutan. Bahkan, pada saat akan seremoni pembukaan rapimnas, Jokowi mengajak AHY untuk berdiri berdampingan. Momen itu lantas dinilai sebagai pertanda sikap Jokowi yang terbuka untuk menerima AHY.

Nah, apakah keinginan Partai Demokrat itu bakal terwujud alias tidak bertepuk sebelah tangan? Sejauh ini masih sulit ditebak karena sosok yang berniat untuk mendampingi Jokowi sangat banyak. Parpol yang mendekati Jokowi juga tak hanya Demokrat.

Sebelumnya, dari PDIP sempat mencuat sejumlah nama yang siap disorongkan menjadi cawapres Jokowi, seperti Kepala BIN Budi Gunawan dan Puan Maharani. Dari PKB ada nama Muhaimin Iskandar dan PPP mulai menjual Romahurmuziy.

Kecemburuan politik

Pengamat politik Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia Said Salahudin mengatakan, peluang Partai Demokrat mengusung AHY dalam panggung politik pilpres 2019 akan lebih besar bila partai ini merapat kepada kubu koalisi pro pemerintah. Sementara, Jokowi sendiri saat ini juga membutuhkan pasangan untuk maju di pilpres 2019. "Pak Jokowi tidak bisa mencalonkan diri sendiri, tapi harus dari partai-partai lain," ujarnya.

Namun, ujar Said, peluang AHY sangat bergantung pada persetujuan dua partai besar yang lebih dulu mengusung Jokowi, yakni PDI Perjuangan dan Partai Golkar. Bila Jokowi bersanding dengan AHY maka akan ada kecemburuan politik dari partai-partai lainnya yang lebih dulu berkoalisi di kubu pemerintah.

Partai Nasdem dan Partai Hanura, kata dia, mungkin akan cemburu, tetapi tak berlebih karena porsi suara yang sedikit. "Justru dua partai besar PDI Perjuangan dan Partai Golkar sendiri yang akan cemburu," kata Said.

Melihat konstelasi politik seperti itu, Jokowi akan berada pada posisi sulit untuk memutuskan siapa tokoh yang akan mendampinginya. Jokowi harus pandai meredam ego parpol-parpol pendukungnya.

Di kabinet dulu

Di sisi lain, Direktur Eksekutif Indo Barometer Muhammad Qodari mengatakan, arah politik Partai Demokrat kepada Jokowi dapat berubah jika keputusan yang diambil Jokowi tidak sesuai harapan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Menurut dia, SBY secara implisit menginginkan agar Jokowi menggandeng anaknya, AHY, di pilpres 2019.

"Kemungkinan adalah akomodasi politik yang tidak atau belum sesuai dengan harapan. Per hari ini kalau menurut saya, aspirasinya Pak SBY itu masih sangat tinggi, yaitu ingin supaya Agus digandeng sebagai wakil," kata Qodari.

Ia mengatakan, dengan istilah 'bersama kita memajukan capres dan cawapres', hal itu memberikan kesan implisit SBY sebagai ketum untuk menggandengkan Agus Harimurti dengan Jokowi. "Nah, calonnya kan udah jelas. Kita lihat dalam berbagai forum Partai Demokrat sekarang. Putra mahkota Partai Demokrat itu kelihatannya ada di Agus Harimurti Yudhoyono," ujar Qodari.

Namun, ia memperkirakan SBY dapat becermin dari pengalamannya pada saat dia mencari cawapres pada pilpres 2009 lalu. Pada saat itu, tak mudah menggandeng cawapres dari parpol. Sehingga, menurut dia, porsi yang tepat dan terbaik bila Partai Demokrat terus merapat kepada Jokowi adalah penempatan pada jajaran kabinet.

"Kalau Agus itu diakomodasi di kabinet, saya kira sudah merupakan porsi yang pas dan tepat bagi pembelajaran sekaligus pentas politik bagi AHY untuk masa depan politik pribadi maupun masa depan politik Partai Demokrat," katanya menjelaskan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement