Sabtu 10 Mar 2018 17:14 WIB

SBY Dinilai Telah Melempar Sinyal Penjajakan dengan Jokowi

Kader Golkar apresiasi karena SBY yang lebih dahulu melempar sinyal penjajakan

Rep: amri amrullah/ Red: Joko Sadewo
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang yudhoyono (SBY)  bersiap memberikan sambutan dalam acara pembukaan Rapimnas Partai Demokrat di memenuhi Sentul Internasional Convention Center (SICc), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3).
Foto: Republika/Iman Firmansyah
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang yudhoyono (SBY) bersiap memberikan sambutan dalam acara pembukaan Rapimnas Partai Demokrat di memenuhi Sentul Internasional Convention Center (SICc), Bogor, Jawa Barat, Sabtu (10/3).

REPUBLIKA.CO.ID,  BOGOR -- Politisi Senior dari Partai Golkar Agung Laksono menyambut baik sinyal koalisi Demokrat bersama Joko Widodo. Hal yang disampaikan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dianggapnya sebagai sinyal penjajakan.

"Saya kira sinyal yang dilemparkan pak SBY itu adalah upaya penjajakan. Semua parpol pasti akan saling menjajaki kemungkinan kemungkinan koalisi. Saya apresiasi kalau Demokrat memulai terlebih dahulu," kata Agung menanggapi pidato SBY saat sambutan pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) di Sentul, Bogor, Sabtu (10/3).

Sebagai kader Golkar, Agung menilai sinyal koalisi Demokrat ke Jokowi  tersebut adalah langkah yang baik. Dan sinyal koalisi dengan Jokowi ini, menurut Agung memiliki pertimbangan tertentu.

"Saya rasa semua partai punya alasan kepada parpol mana yang memungkinkan dilakukan upaya penjajakan ini," ujar mantan menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat era SBY ini.

Namun disadarinya sinyal koalisi ini masih sangat dini untuk dipastikan. Karena kondisi politik sangat dinamis dan masih terus berkembang jelang pemilu 2019.

Soal nama putra sulung SBY, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang akan disandingkan dengan Jokowi. Menurut Agung sah sah saja Demokrat menginginkan AHY berpasangan dengan Jokowi. "Yang penting elektabilitas tinggi," kata dia.

Kalau akhirnya elektabilitas AHY tinggi bukan tidak mungkin Jokowi akan mempertimbangkan usulan tersebut. Dan ia memandang ini jadi tantangan AHY dan Demokrat sendiri, bisakah meningkatkan elektabilitas tersebut. Tentunya kedua duanya capres dan cawapres juga harus saling mengisi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement