REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Pengurus Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhamadiyah Mustofa Nahrawardaya mengatakan, para tersangka the Family MCA yang diciduk polisi dibentuk untuk melemahkan MCA (Muslim Cyber Army) yang asli. Mereka yang ditangkap dinilainya telah mengatasnamakan jaringan MCA sehingga membuat citra jaringan MCA yang asli menjadi buruk.
"Saya yakin, di balik orang-orang yang ditangkap itu ada pihak-pihak yang ingin melemahkan MCA yang asli," ujar Mustofa kepada Republika.co.id, Rabu (7/3).
Buntut merebaknya isu the Family MCA, Mustofa mengatakan, membuat publik terpengaruh dan menganggap nama MCA asli menjadi jelek. "Orang jadi memiliki stigma bahwa MCA adalah penjahat karena telah memproduksi dan menyebarkan hoaks,” kata dia.
Padahal, ia menjelaskan, jaringan MCA asli yang tumbuh secara natural tanpa komando siapa pun itu ikut menangkal penyebaran hoaks dan berjuang untuk membuat politik Indonesia menjadi lurus.
Stigma ini, kata dia, akan muncul lebih banyak pada saat musim pilkada 2018 dan juga pilpres 2019. "Nanti, setiap posting-an yang di-posting oleh jaringan MCA asli itu seolah-olah akan dianggap sebagai hoaks, padahal kan enggak," kata dia.
Hal ini juga berimbas kepada akun-akun lainnya yang kontra dengan jaringan MCA. Ia menuturkan, sebaliknya, akun-akun itu nantinya akan dianggap memiliki unggahan yang paling benar di tengah-tengah masyarakat.
Oleh sebab itu, ia menyarankan kepada pihak kepolisian untuk lebih cermat lagi dalam upaya pemberantasan hoaks di dunia maya. Pihak kepolisian disarankan untuk memberantas segala produsen hoaks, baik dari jaringan MCA maupun jaringan yang membela pemerintah.
"Untuk menunjukkan keadilan, ini kan ada produsen hoaks dan juga produsen kritik. Yang fokus diberantas seharusnya yang produsen hoaks, baik di kubu antipemerintah maupun pro pemerintah," tuturnya.