Selasa 06 Mar 2018 21:22 WIB

Lautan Manusia Tumpah Ruah Hadiri Festival Bau Nyale

Bau Nyale atau menangkap cacing laut merupakan tradisi Suku Sasak di Pulau Lombok.

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Budi Raharjo
Sejumlah warga dan wisatawan mulai berdatangan ke Pantai Seger di Kawasan Mandalika, Lombok Tengah, NTB, pada Selasa (6/3) petang. Lautan manusia diperkirakan tumpah ruah di pantai ini menyambut Festival Bau Nyale 2018.
Foto: Republika/Muhammad Nursyamsi
Sejumlah warga dan wisatawan mulai berdatangan ke Pantai Seger di Kawasan Mandalika, Lombok Tengah, NTB, pada Selasa (6/3) petang. Lautan manusia diperkirakan tumpah ruah di pantai ini menyambut Festival Bau Nyale 2018.

REPUBLIKA.CO.ID,LOMBOK TENGAH -- Festival Pesona Bau Nyale 2018 resmi dimulai pada Senin (6/3) malam. Pagelaran festival yang diangkat dari tradisi masyarakat Lombok ini dipusatkan di Pantai Seger, Kawasan ekonomi khusus (KEK) Mandalika.

 

Pemerintah Provinsi NTB dan juga Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah bersama-sama menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Pusat dalam hal ini Kementerian Pariwisata yang menjadikan Festival Pesona Bau Nyale sebagai kalender event pariwisata nasional.

 

Sekretaris Daerah Pemprov NTB Rosiady Sayuti mengatakan, masuknya Festival Pesona Bau Nyale ke dalam kalender event pariwisata nasional membuat gaung dari festival ini semakin tersiar hingga ke nasional dan juga internasional.

"Mudah-mudahan kerja sama yang baik, festival ini akan lebih banyak lagi menarik minat pengunjung kita, tak hanya dari nasional tapi dari internasional," ujar Rosiady di Pantai Seger, KEK Mandalika, Lombok Tengah, NTB, Selasa (6/3) malam.

 

Hal serupa juga diucapkan Kepala Dinas Pariwisata NTB Lalu Muhammad Faozal. Menurut Faozal, Festival Pesona Bau Nyale menjadi salah satu magnet bagi wisatawan untuk datang ke Lombok. "Kita sudah menggelar 12 event yang menjadi rangkaian Festival Pesona Bau Nyale, dan alhamdulillah seluruh rangkaian berjalan baik," ujar Faozal.

 

Festival Pesona Bau Nyale memang menghadirkan ragam agenda menarik. Seperti ajang seni tarung yang dikenal dengan peresean yang digelar di tepi Pantai Kuta pada 1-5 Maret dan juga Mandalika Fashion Carnival yang diselenggarakan di Praya, Lombok Tengah pada 5 Maret.

 

Pelaksana tugas (Plt) Bupati Lombok Tengah Lalu Pathul Bahri menyampaikan, agenda tradisi seperti ini harus tetap dilestarikan. Menurut Pathul, event yang menjadi tradisi masyarakat Lombok ini terbukti menarik minat para wisatawan dan menjadi ajang berkumpul masyarakat. "Dengan Bau Nyale kita ajak masyarakat untuk merekatkan persatuan dalam membangun daerah, dan juga menjaga budaya serta tradisi kita," kata Pathul.

 

Bau Nyale atau menangkap cacing laut merupakan sebuah tradisi yang sangat melegenda dan mempunyai nilai sakral tinggi bagi penduduk asli Pulau Lombok yakni Suku Sasak. Pesta Bau Nyale ini erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang tentang hikayat seorang putri cantik bernama Mandalika.

 

Putri dari pasangan Raja Tonjang Beru dan Dewi Seranting tumbuh menjadi seorang gadis yang sangat cantik dan memesona. Kecantikannya tersebar hingga ke seluruh Lombok sehingga Pangeran-Pangeran dari berbagai Kerajaan seperti Kerajaan Johor, Kerajaan Lipur, Kerajaan Pane, Kerajaan Kuripan, Kerajaan Daha, dan Kerajaan Beru berniat mempersuntingnya.

 

Sang Putri menjadi gusar. Pasalnya, jika memilih satu di antara mereka maka akan terjadi perpecahan dan pertempuran di Gumi Sasak, nama lain Pulau Lombok. Sang Putri akhirnya mengundang seluruh pangeran beserta rakyatnya untuk bertemu di Pantai Kuta, Lombok pada tanggal 20 bulan ke-10 menurut perhitungan bulan Sasak tepatnya sebelum Subuh.

 

Di hadapan para pangeran dan rakyatnya, Sang Putri meloncat ke dalam laut. Seluruh rakyat yang mencarinya tidak menemukan jasadnya. Setelah beberapa saat, datanglah sekumpulan Cacing berwarna-warni yang menurut masyarakat dipercaya sebagai jelmaan Putri Mandalika. Kisah ini menjadi salah satu event yang paling ditunggu-tunggu baik bagi masyarakat Lombok maupun para wisatawan.

 

Pantauan Republika, lautan manusia tampak di setiap penjuru di Pantai Seger pada malam ini. Tak hanya memadati areal di sekitar panggung utama, masyarakat dan wisatawan juga mengisi ruang-ruang yang ada di areal perbukitan. Beberapa di antara mereka bahkan mendirikan tenda dan sebagian lain beralaskan seadanya sembari menikmati jajanan kuliner yang tersedia, mulai dari Sate Bulayak hingga kopi khas Lombok.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement