REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Berbagai daerah di Kabupaten Indramayu mulai memasuki awal masa panen raya rendeng 2017/2018. Para petani pun lebih memilih menjual gabahnya ke tengkulak karena berani memberi harga lebih tinggi dibandingkan Bulog.
"Di desa saya sekarang ini lagi ramai-ramainya mulai panen," ujar Ketua Kelompok Tani Desa Plosokerep, Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Rusdani, Selasa (6/3).
Rusdani pun bersyukur, hasil panen di desanya saat ini cukup bagus, terutama untuk lahan yang sumber pengairannya dari irigasi. Dia menyebutkan, hasil panen tersebut rata-rata 12 kuintal per 100 bata (1 bata = 14 meter persegi).
"Selain kuantitasnya yang tinggi, kualitasnya juga bagus. Alhamdulillah," tutur Rusdani.
Rusdani menambahkan, para petani pun tak perlu pusing-pusing mencari pembeli gabah yang sudah mereka panen. Pasalnya, banyak tengkulak yang langsung turun ke sawah dan berebut untuk membeli gabah petani.
Untuk itu, para petani tak perlu memikirkan penjemuran gabah. Tengkulak akan langsung membeli gabah yang baru dipanen dari sawah tanpa melalui proses penjemuran terlebih dulu.
"Harganya juga lumayan bagus. Untuk gabah punya saya dibeli dengan harga Rp 500 ribu perkuintal," terang Rusdani.
Rusdani mengakui, harga gabah saat ini memang sudah turun dibandingkan harga pada akhir Oktober 2017, yang rata-rata mencapai Rp 600 ribu per kuintal untuk gabah kering panen (GKP). Namun, dia menilai, harga GKP yang saat ini mencapai Rp 500 ribu per kuintal masih cukup bagus mengingat makin banyak daerah yang mulai panen.
Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, membenarkan saat ini mulai banyak daerah di Kabupaten Indramayu. Dia memperkirakan, puncak panen raya akan berlangsung pada Maret -April.
"Sekarang baru awal panen raya, belum puncak," kata Sutatang.
Sutatang menilai, meski sudah mengalami penurunan, namun harga GKP saat ini tidak terlalu anjlok. Di daerah-daerah yang sudah panen, rata-rata harga GKP berkisar antara Rp 420 ribu Rp 450 ribu per kuintal, tergantung kualitas gabahnya.
"Untuk sekarang ini, petani pasti lebih memilih menjual ke tengkulak karena lebih mahal. Sedangkan Bulog kan pakainya HPP," tutur Sutatang.
Berdasarkan Inpres No 5 Tahun 2015, disebutkan bahwa HPP GKP sebesar Rp 3.700 per kilogram (Rp 370 ribu per kuintal). Sedangkan HPP untuk GKG sebesar Rp 4.600 per kilogram di tingkat penggilingan dan Rp 4.650 per kilogram di gudang Bulog.