Ahad 04 Mar 2018 19:35 WIB

Prabowo di Antara Tiga Pilihan

Apa jawaban Prabowo atas ketiga pilihan ini baru akan terjawab lima bulan ke depan.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyapa Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kiri) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).
Foto:

"Kalau kemudian Pak Prabowo, Pak Sohibul Imam (PKS), merasa bahwa sudahlah kita bersama-sama saja dalam satu blok agar pilpres aman tidak ada konflik. Lalu terjadi power sharing di dalam mengelola negara ini, why not?" kata Basarah di Denpasar, Ahad (25/2).

Bak gayung bersambut, ide ini dinilai menarik oleh banyak kalangan, termasuk PAN. Pimpinan PAN cukup gencar berkomunikasi dengan dua poros, yakni partai pendukung Jokowi maupun Prabowo Subianto.

Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan mengungkapkan, partainya sudah mengajukan pertemuan dua poros ini, yakni antara Jokowi dan Prabowo. Namun, pertemuan lebih dahulu akan dilakukan dengan PDIP dalam waktu dekat.

Ia belum dapat memastikan apa saja hal yang akan dibahas dalam pertemuan nanti. Yang pasti kata Zulkifli, berbagai kemungkinan terkait agenda nasional dan politik ke depan. Zulkifli melanjutkan, PAN juga tidak menutup komunikasi dengan poros lain selain partai yang mendukung Jokowi.

Namun, internal Gerindra memandang ide ini sebagai sesuatu yang aneh. Ada nilai-nilai yang tak dapat dipaksakan untuk disatukan di antara kedua orang itu. "Kalau calon tunggal, ide mempersandingkan Prabowo menjadi cawapres Jokowi itu lebih aneh lagi," tutur Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Ferry Juliantono di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (3/3).

Ferry berpendapat, kedua orang itu tidak dapat disandingkan. Pihak yang mencoba menyatukan mereka menjadi satu pasangan calon lupa jika ada perbedaan-perbedaan yang signifikan pada garis pemikiran keduanya. Faktor tersebutlah yang membuat mereka sulit untuk dipersatukan.

Ferry mengatakan, nilai-nilai yang diyakini oleh masing-masingnya tak mudah disatukan semudah pihak-pihak yang mencoba menyimulasikan keduanya menjadi satu pasangan calon pada Pilpres 2019. Setiap orang, kata dia, memiliki pemikiran, ideologi, dan idealismenya masing-masing

Pengamat Politik Universitas Paramadina, Arief Susanto, mengatakan kecil kemungkinan Presiden Joko Widodo berpasangan dengan Prabowo Subianto di Pilpres 2019 mendatang. Namun jika hal itu terjadi, maka hal tersebut akan merugikan Partai Gerindra.

Meskipun nantinya keuntungan politik bagi Prabowo akan lebih besar jika menjadi cawapres Jokowi, namun perlu diperhitungkan investasi politik Prabowo lima tahun ke depan. Prabowo akan jauh lebih untung jika berhadap-hadapan dengan Jokowi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement