Ahad 04 Mar 2018 19:35 WIB

Prabowo di Antara Tiga Pilihan

Apa jawaban Prabowo atas ketiga pilihan ini baru akan terjawab lima bulan ke depan.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyapa Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kiri) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto menyapa Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kiri) saat melakukan pertemuan di Jakarta, Kamis (1/3).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Fauziah Mursid, Ronggo Astungkoro

Petinggi Partai Gerindra, PKS, dan PAN bertemu di kediaman Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di Jl Kertanegara, Kebayoran Baru pada Kamis (1/3). Pertemuan yang dilaksanakan terkait koalisi dukungan di Pilkada Jawa Barat untuk pasangan Sudrajat-Ahmad Saikhu (Asyik) itu dihadiri sejumlah tokoh tiga partai, selain pasangan dan tim sukses Asyik.

Mereka antara lain dari Partai Gerindra sebagai tuan rumah Prabowo Subianto, Sekretaris Jenderal Gerindra Ahmad Muzani, Wakil Ketua Umum Gerindra Fadli Zon, Ketua DPP Ahmad Riza Patria. Dari PKS hadir antara lain Presiden PKS Sohibul Iman, Ketua DPP PKS sekaligus Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, dan Netty Prasetiyani Heryawan. PAN diwakili oleh Sekretaris Jenderal PAN Eddy Suparno.

Presiden PKS Sohibul sempat menyebut ini merupakan pertemuan rutin untuk konsolidasi pemenangan pasangan Asyik. Tim sukses juga sempat menyuarakan yel-yel pasangan tersebut saat para media dipersilahkan mengambil gambar para tokoh yang hadir. "Sekali lagi Asyik," ujar para timses kompak. Pertemuan berlanjut secara tertutup.

Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon menyebut pertemuan antara tiga partai memang kerap dilakukan. Pertemuan membahas koalisi tiga partai ini terkait Pilkada 2018.

Fadli menyatakan penjajakan koalisi ketiga partai ini tidak hanya berhenti pada pilkada serentak, tapi juga sampai pada Pemilu dan Pilpres 2019 mendatang. "Kita menjajaki berbagai macam tantangan ke depan terutama pilkada dulu ya, baru kemudian pilpres," ujar Fadli di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta pada Kamis (1/3).

Pertemuan pada Kamis itu memang tidak menghasilkan apa-apa, apalagi ada kesepakatan memajukan Prabowo sebagai calon presiden pada Pilpres 2019. Juga, pertemuan itu tidak menghasilkan satu kesepakatan deklarasi capres koalisi PKS, Gerindra, dan PAN.

Pertemuan ketiga partai ini pun menimbulkan banyak persepsi terutama atas pencapresan Prabowo pada Pilpres 2019. Dari catatan sejumlah analis politik, kini Prabowo dihadapkan pada tiga pilihan menyangkut Pilpres 2019. Munculnya tiga opsi ini tak lepas dari sikap Prabowo dalam menjawab pertanyaan maju tidaknya mantan prajurit baret merah itu pada Pilpres 2019.

Terkait dorongan berbagai pihak agar kembali maju menjadi capres, Prabowo belum dapat menjawab secara pasti. Prabowo mengaku akan terlebih dahulu berkomunikasi dengan kader maupun rekan koalisi lain. "Saya akan mengambil keputusan bersama dengan semua rekan-rekan, dan pada waktu yang tepat keputusan itu akan saya sampaikan kepada rakyat," kata Prabowo.

Prabowo menjanjikan keputusannya nanti mengedepankan kepentingan nasional. Ia akan terlebih dahulu mendengarkan suara partai, suara rakyat, dan mitra koalisi. Prabowo kini berada di antara tiga pilihan yang masing-masing memiliki plus minusnya.

Pilihan pertama, seperti dikatakan Fadli Zon, Prabowo tetap maju sebagai capres yang diusung Gerindra. Tak ada sangkalan jika seluruh kader Gerindra menginginkan Prabowo kembali menjadi capres, berhadapan lagi dengan Jokowi yang mengalahkannya pada Pilpres 2014.

Deklarasi Prabowo tinggal menunggu waktu saja. Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Ferry Juliantono, mengatakan dalam waktu dekat ini Prabowo belum akan mengumumkan pencalonannya sebagai capres. Prabowo baru akan memutuskan maju atau tidak pada Pilpres 2019 pada Agustus mendatang.

Ferry menegaskan, para kader partai berlambang kepala Burung Garuda itu sudah menginginkan Prabowo maju sebagai capres 2019. Semua daerah mendukung Prabowo maju menjadi calon presiden tapi Prabowo memang belum memutuskan.

Prabowo memiliki modal elektabilitas yang masih bersaing dengan capres-capres lain, terutama Jokowi. Hampir semua lembaga survei nasional menempatkan Prabowo sebagai pesaing terdekat sang pejawat. Sampai saat ini belum ada capres lain yang elektabilitasnnya mampu mendekati atau membayangi Jokowi kecuali Prabowo.

Elektabilitas Jokowi berada pada angka 40-50 persen secara rata-rata, meski ada lembaga survei yang menyebut sudah di bawah 40 persen. Sementara Prabowo, elektabilitasnya berada pada angka 20-30 persen, masih di atas calon-calon lain yang masih berada di bawah 10 persen.

Pilihan kedua, mengawinkan Prabowo dengan Jokowi. Opsi ini terus terdengar dalam beberapa pekan ini, juga sempat disinggung petinggi PDIP usai Rakernas di Bali yang mendeklarasikan Jokowi sebagai capres. Wakil Sekjen PDIP Ahmad Basarah menyatakan, PDIP membuka peluang berkoalisi dengan siapa saja termasuk Gerindra.

Wacana pun berkembang. Ada upaya dari internal PDIP untuk mengajak Gerindra dan PKS bergabung dengan blok mereka  bersama Jokowi. Wakil Sekjen PDIP Ahmad Basarah membuka wacana berbagi kekuasaan pada pilpres mendatang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement