Jumat 02 Mar 2018 15:13 WIB

Rekayasa Marbut Berujung Hadiah Sepeda dari Polisi

Polda Jabar memberikan bantuan sepeda dan uang kepada YR.

Rep: Djoko Suceno, Rizky Suryarandika/ Red: Karta Raharja Ucu
Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wigunna (kanan) menyerahkan bantuan kepada  YR marbot Masjid Agung Istiqomah Kecamatan Pameungpeuk tersangka kasus laporan palsu di Mapolres Garut.
Foto: dok. Polres Garut
Kapolres Garut, AKBP Budi Satria Wigunna (kanan) menyerahkan bantuan kepada YR marbot Masjid Agung Istiqomah Kecamatan Pameungpeuk tersangka kasus laporan palsu di Mapolres Garut.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Polres Garut menyatakan kasus penganiayaan Marbut Masjid Agung Istiqomah Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, YR (56 tahun) adalah rekayasa. Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna terjun langsung memimpin proses olah tempat kejadian perkara (TKP). Dia menyebut, hanya dalam waktu tujuh jam kasus itu bisa terungkap.

"Awalnya, saya menerima informasi pukul lima pagi terkait penganiayaan marbut masjid. Setelah memimpin apel di Mapolres, saya langsung meluncur ke TKP," katanya kepada wartawan di Mapolres Garut, Kamis (1/3). Berdasarkan olah TKP, ditemukan beberapa fakta yang mencurigakan. Misalnya, bekas sayatan senjata tajam tidak sesuai dengan penuturan korban.

photo
Uyu Ruhyana, seorang marbot (pengurus) Masjid Besar Al Istiqomah, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, (kiri berkopiah putih) berfoto bersama Kapolres Garut, AKBP Budi Satria

Sementara itu, YR mengaku penganiayan yang menimpa dirinya adalah rekayasa semata. Pengakuan ini muncul setelah foto dan kronologi rekayasa tersebut beredar viral di media sosial (medsos).

Dalam jumpa pers di Mapolda Jabar, YR mengungkapkan alasannya melakukan aksi tersebut. Menurut penuturan bapak empat anak ini, ide seolah-olah dirinya menjadi korban penganiayaan muncul tengah malam.

Selepas shalat Isya, dia mengaku gelisah dan tidak bisa tidur. Alasannya, karena dia memikirkan kebutuhan hidup sehari-hari yang sulit dipenuhi dengan gaji marbut Rp 125 ribu per bulan. "Setelah shalat Isya hingga pukul 02.00 dini hari, saya nggak bisa tidur. Mikirin kebutuhan ekonomi," kata dia, Kamis (1/3).

Pada Rabu (28/1) sebelum tidur sekitar pukul 02.00 WIB ide dirinya menjadi korban pun muncul. Dengan menjadi korban penganiayaan, dia berharap mendapat belas kasihan dari masyarakat. Sekitar pukul 04.30 WIB, seperti biasa, YR bangun dan membuka pintu masjid untuk menyiapkan perlengkapan shalat Subuh.

Usai mengikat mulut, kaki, dan tangan, YR menjatuhkan diri persis di depan mimbar. Tak lama kemudian, datang H Agus T Saleh (58 tahun), jamaah yang pertama kali datang ke masjid bersama istrinya. Kepada Republika.co.id di Mapolda Jabar, Agus mengatakan, "Saya dengar ada suara ngorok dan mencari sumbernya. Ternyata, Pak Yuyu sudah tergeletak dengan posisi mulut, kaki, dan tangan terikat. Saya tak berpikir panjang dan langsung menolongnya."

Setelah membuka seluruh ikatan, Agus bergegas mencari bantuan ke rumah-rumah terdekat masjid. Tak lama ke mudian, datang warga dan anggota Koramil Pameungpeuk Serda Aceng Saepuloh. Dialah yang menggontong korban dan membawanya ke puskesmas. Foto Serda Aceng ini viral di medsos. Dia mengaku spontan dan terdorong rasa kemanusiaan.

"Saya tak berpikir kalau aksi dia (YR) ini hanya pura-pura. Saya gotong dan bawa ke puskesmas. Saat itu, saya sedang piket di kantor yang jaraknya tak jauh dari masjid. Begitu ada laporan, saya langsung datangi TKP," kata dia di Mapolda yang datang dari Garut bersama Dandim Garut Letkol Inf Asyraf Aziz.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement