Jumat 02 Mar 2018 14:01 WIB

Dinkes: 55 Kasus Difteri Terjadi di Aceh

Dari puluhan kasus difteri tersebut dilaporkan tidak ada yang meninggal dunia.

Petugas medis Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) merawat pasien penderita difteri, di Banda Aceh, Aceh, Selasa (19/12).
Foto: Antara/Irwansyah Putra
Petugas medis Rumah Sakit Umum Zainal Abidin (RSUZA) merawat pasien penderita difteri, di Banda Aceh, Aceh, Selasa (19/12).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Aceh mencatat 55 kasus difteri yang terjadi di provinsi itu dalam dua bulan terakhir sepanjang 2018. Dari puluhan kasus difteri tersebut dilaporkan tidak ada yang meninggal dunia.

"Kami mencatat terjadi 55 kasus difteri dalam dua bulan terakhir, yakni Januari dan Februari 2018," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Provinsi Aceh Abdul Fatah di Banda Aceh, Jumat (2/3). Pasien-pasien difteri tersebut dirawat di sejumlah rumah sakit kabupaten atau kota di Provinsi Aceh.

Abdul Fatah menyebutkan, 55 kasus difteri tersebut tersebar di 13 dari 23 kabupaten atau kota di Provinsi Aceh. Yang terbanyak terjadi di Kabupaten Pidie dengan 11 kasus.

Kemudian, Kota Banda Aceh sembilan kasus, Kabupaten Aceh Besar delapan kasus, Kabupaten Aceh Jaya tujuh kasus, Kabupaten Aceh Utara lima kasus, dan Kabupaten Bireuen empat kasus. Sedangkan Kabupaten Aceh Tengah dan Kota Lhokseumawe masing-masing tiga kasus. Serta Kabupaten Aceh Timur, Kota Sabang, Kabupaten Aceh Singkil, Kota Subulussalam, dan Kabupaten Aceh Tamiang masing-masing satu kasus.

Jika bandingkan tahun sebelumnya, Abdul Fatah terjadi kenaikan drastis terhadap kasus difteri tersebut. Di mana sepanjang tahun 2017 terjadi 112 kasus difteri di Provinsi Aceh.

"Dan ini tentu mengkhawatirkan kita. Sebab, baru dua bulan saja sudah terjadi 55 kasus difteri atau hampir separuh dari total kasus tahun sebelumnya," kata Abdul Fatah mengungkapkan.

Dari hasil investigasi, 95 persen kasus difteri di Aceh terjadi karena pasien atau korban tidak pernah mendapat imunisasi. Selebihnya lima persen lagi, mendapat imunisasi, tetapi imunisasi yang diberikan tidak lengkap.

Abdul Fatah menjelaskan penyakit difteri ini sangat cepat menular melalui udara, seperti batuk, kena percik air liur maupun terkena sentuhan. Penyakit ini menyerang selaput lendir pada hidung, tenggorokkan disertai demam dan sesak nafas.

Oleh karena itu, kata dia, Dinas Kesehatan Aceh mengimbau orang tua memberikan imunisasi lengkap dan berkala kepada anak. Sebab, imunisasi merupakan upaya mencegah tertularnya virus difteri.

"Imunisasi ini untuk kekebalan tubuh dan diberikan secara berkala. Imunisasi tidak bisa diberikan ketika si anak terserang virus. Karena itu, berikan imunisasi secara lengkap dan berkala kepada anak," kata Abdul Fatah.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement