Kamis 01 Mar 2018 21:59 WIB

Keluarga Ba'asyir akan Kirim Surat ke Presiden Jokowi

Keluarga menilai Abu Bakar Ba'asyir sudah selayaknya mendapat keringanan hukuman.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Bayu Hermawan
Ustaz Abu Bakar Baasyir
Ustaz Abu Bakar Baasyir

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO --- Putra Ustaz Abu Bakar Baasyir, Ustaz Abdul Rochim Baasyir menilai ayahnya sudah layak untuk memperoleh keringanan menjadi tahanan rumah. Menurut ustaz Iim begitu akrab disapa, sakit yang diderita Abu Bakar Baasyir sepatutnya menjadi pertimbangan khususnya bagi Presiden Joko Widodo agar mengizinkan Abu Bakar Baasyir dipulangkan ke Solo.

"Kita berharap Ustaz Abu Bakar Baasyir dirumahkan saja, terserah mau disebut tahanan rumah, tapi setidaknya beliau merasakan hak hidup sehat dengan pelayanan yang sudah semestinya beliau dapatkan," kata Iim saat ditemui Republika.co.id pada Kamis (1/2).

Apa yang menjadi keinginan keluarga itu pun telah disampaikan kepada Menteri Pertahanan, Ryamizad Ryacudu saat berkunjung ke Ponpes Al Mukmin Ngruki beberapa hari lalu. Keluarga pun sedang mempertimbangkan untuk menulis surat permohonan langung yang ditujukan kepada Presiden Jokowi agar memulangkan Abu Bakar Baasyir ke Solo.

Menurut Iim, kondisi Baasyir memang terus mengalami penurunan setahun terakhir. Selain mengalami pembengkakan pada kaki, Baasyir juga menderita penyakit Maag dan lemah jantung.

Kata Iim, Baasyir  semestinya melakukan cek kesehatan rutin setiap bulannya. Namun hal tersebut mengalami kendala karena prosedur perizinan selama ditahanan. Sejak ditahan, Baasyir hanya menjalami pemeriksaan di rumah sakit selama 5 kali. Terakhir, Baasyir menjalani pemeriksaan medis di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada Kamis (1/3).

Bahkan untuk pemeriksaan kesehatan yang terakhir di RSCM, keluarga pimpinan ponpes Al Mukmin Ngruki itu telah mengajukan sejak Oktober lalu. "November itu disetujui, Desember kita mau adakan pemeriksaan tapi dari BNPT dan Densus mengatakan masih sibuk dan sebagainya, akhirnya belum bisa. Pengajuannya lama sekali," kata Iim. 

Lebih lanjut, Iim mengungkapkan ada pertimbangan lainnya yang membuat keluarga kukuh berharap Baasyir dipulangkan. Menurut Iim selama ayahnya ditahan di Lapas Gunung Sindur, Baasyir kesulitan mendapatkan layanan kesehatan.

Terlebih penyakit yang diderita ayahnya merupakan penyakit yang memerlukan penanganan dan perawatan khusus, sementara di lapas Gunung Sindur, kata Iim tak menyediakan fasilitas bagi ayahnya untuk mendapatkan penanganan kesehatan. Menurut Iim, keluarga pun harus membawa dokter khusus masuk ke dalam Lapas untuk memberikan penanganan kesehatan yang diperlukan.

Fasilitas di sana tak mencukupi untuk melayani kebutuhan beliau, yang dibutuhkan adalah dokter-dokter ahli, di sana kan (LP Gunung Sindur) hanya menangani keluhan umum saja, fasilitasnya terbatas, katanya.

Keluarga Baasyir pun siap jika pimpinan ponpes Ngruki itu dipulangkan. Menurutnya keluarga dan pengurus pesantren pun tak masalah jika Polri melakukan penjagaan jika Baasyir menjadi tahanan rumah.  Sementara Iim menyambut baik terkait permintaan sejumlah pihak agar Presiden memberikan grasi, kendati begitu menurut Iim, keluaga dan ayahnya tak akan meminta permohonan grasi. Sebab sejak awal, Abu Bakar Baasyir tak pernah menyetujui vonis yang dijatuhkan padanya.

"Kalau dari atas (pemerintah) yang ngasih ke bawah kita terima, dikasih kebebasan masa ditolak. Tapi kalau minta tidak lah," ucapnya.

Pada 2004, Baasyir divonis 2,5 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan karena terbukti terlibat dalam peristiwa bom Bali dan bom Hotel JW Marriott. Pada 2011, ia kembali menerima vonis 15 tahun penjara karena terbukti menjadi perencana dan penyandang dana pelatihan kelompok bersenjata di pegunungan Jantho, Aceh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement