Rabu 28 Feb 2018 19:06 WIB

Gagal Paham Pembangunan Sebabkan Banjir

Pembangunan itu kan harus holistik, dari hulu hingga hilir.

Dedi Mulyadi
Foto: Republika/Raisan Al Farisi
Dedi Mulyadi

REPUBLIKA.CO.ID,CIREBON--Perjalanan 'kukurusukan' calon Wakil Gubernur Jawa Barat nomor urut 4 Dedi Mulyadi berhasil menemukan persoalan besar di Jawa Barat. Beberapa daerah di provinsi yang memiliki hak pilih terbesar di Indonesia ini menjadi langganan banjir. Dalam siaran pers yang diterima Republika, Rabu (28/2), disebutkan kedua daerah tersebut adalah Kabupaten Bekasi di ujung barat Jawa Barat dan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan di ujung timur.

Bencana alam banjir di Kabupaten Bekasi mengakibatkan para petani di daerah tersebut mengalami gagal panen. Akibat yang sama juga terjadi di Cirebon dan Kuningan, lahan pertanian disana hancur diterjang banjir bandang.

Merespon kejadian tersebut, calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mengatakan hal tersebut memiliki sebab. ''Yakni gagal pahamnya memahami konsep pembangunan,'' kata Dedi. Menurut dia, konsep pembangunan seharusnya berbasis lingkungan. Sehingga, pembangunan yang terjadi di satu wilayah, tidak berdampak buruk pada wilayah yang lain. "Pembangunan itu kan harus holistik, dari hulu hingga hilir. Dalam konteks Jawa Barat, daerah selatan sebagai penyangga hutan dan mata air itu tidak boleh diganggu. Kalau terjadi penebangan hutan disana, ya banjir di mana-mana. Daerah utara akan terdampak juga," katanya di sela memberikan bantuan korban banjir di Cirebon, Rabu (28/2).

Pria yang lekat dengan iket Sunda berwarna putih itu menganalisa, bencana alam ini bukan tanpa solusi. Dedi Mulyadi berkeyakinan jika sungai difungsikan secara seharusnya, kejadian alam ini tidak akan berulang. "Sungai harus segera dikeruk dari hulu hingga hilirnya. Kita ini sibuk di hilir tapi tidak memperhatikan hulu. Kemudian di bagian hulu, hutan-hutan harus ditanami pohon kembali," ujarnya.

Selain itu, lanjut Dedi, pemasangan gorong-gorong tidak boleh menghambat aliran air. Lebih jauh, perilaku hidup masyarakat yang sering membuah sampah ke sungai pun menjadi perhatian khusus. "Kalau masang gorong-gorong, itu tidak boleh menghambar air. Jembatan di sungai pun harus dibuat melengkung. Nanti, jika ada aliran air yang besar tidak membentur dinding jembatan," ucapnya.

Berdasarkan falsafah kesundaan, Dedi Mulyadi memahami pembangunan harus berdasarkan trilogi pembangunan Jawa Barat. Yakni leuweung kudu diawian (hutan harus berisi pohon), lengkob kudu balongan (lembah harus diisi kolam). Selain itu, lebak kudu di sawahan (daerah rata harus ditanami padi).  "Kalau tiga prinsip ini hilang dalam pembangunan berwawasan lingkungan, maka banjir adalah konsekuensi logisnya," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement