REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) akan pertemukan mantan narapidana terorisme dengan penyintas atau korban terorisme dalam program bertajuk Silaturahmi Kebangsaan (Satukan) NKRI.
"Program itu adalah bagian dari upaya BNPT agar mantan napi teroris dan penyintas dapat difasilitas sesuai nawacita Presiden Joko Widodo, yaitu menghadirkan negara kepada setiap elemen bangsa," kata Sestama BNPT Mayjen TNI R Gautama Wiranegara saat membuka "Satukan NKRI" di Jakarta, Senin (26/2).
Dikutip dari siaran pers, Gautama berharap acara itu bisa menjadi wadah untuk menyalurkan opini dan saran yang produktif kepada pemerintah. Untuk itu, pada puncak acara yang digelar Rabu (28/2) besok BNPT juga menghadirkan para pemimpin redaksi dari berbagai media nasional di Tanah Air untuk memberikan masukan dan saran terkait upaya penanggulangan terorisme.
"Melalui silaturahmi ini tiga pilar utama kegiatan ini, yakni mantan napiter, penyintas dan media, diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk menyampaikan saran-saran kepada pemerintah," katanya.
BNPT pun mengundang sejumlah menteri terkait pada puncak acara agar dapat mendengar langsung berbagai persoalan dan masukan dari peserta. "Masukan pastinya cukup beragam sehingga membutuhkan kerja sama lintas sektoral terutama di bidang pendidikan, pemberdayaan ekonomi, dan kesehatan. Karena itu, kami akan menghadirkan beberapa menteri terkait di akhir acara ini," ujarnya.
Menurut Gautama, selama ini BNPT telah menghasilkan berbagai kemajuan, salah satunya terkait bidang koordinasi dengan 36 kementerian/lembaga (K/L). "Acara 'Satukan NKRI' ini adalah upaya koordinasi tersebut. Koordinasi yang dilakukan mencakup bidang anggaran, pendidikan, jaminan sosial, dan lain sebagainya," katanya.