REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla mengharapkan aparat kepolisian dapat segera menyelesaikan kasus penyiraman air keras yang merusak penglihatan Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan. Seperti diketahui, Novel telah pulang ke Tanah Air setelah sepuluh bulan dirawat di Singapura.
"Saya kira polisi bekerja keras untuk itu, kita harapkan polisi dapat menyelesaikan itu," katanya usai memberikan arahan dalam Rapimnas Institut lembang 9 di Jakarta, Senin (26/2).
Penyidik KPK Novel Baswedan disiram air keras oleh dua orang pengendara motor pada 11 April 2017 seusai shalat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya. Ia kemudian dibawa ke Singapura untuk menjalani pengobatan di kedua matanya.
Selama Novel menjalani perawatan, polisi belum berhasil menangkap pelaku penyiraman. Beberapa orang sempat diamankan karena diduga sebagai pelaku, tapi mereka kemudian dilepaskan karena tidak ada bukti.
Polda Metro Jaya sudah merilis dua sketsa wajah yang diduga kuat sebagai pelaku, namun belum ada hasil dari penyebaran sketsa wajah tersebut. Sementara sejumlah pihak masyarakat sipil mengusulkan untuk dibentuknya Tim Gabungan Pencari Fakta dalam kasus tersebut.
Peneliti Pusat Kajian Antikorupsi Universitas Gadjah Mada (Pukat UGM) Hifdzil Alim menilai, pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) perlu lebih mendorong pengungkapan kasus penyerangan terhadap penyidik senior KPK Novel Baswedan. Menurutnya, penyelesaian kasus tersebut akan memengaruhi tingkat keterpilihan Jokowi di Pilpres 2019.
"Presiden harus lebih tegas lagi (terhadap kasus Novel Baswedan). Itupun kalau (Jokowi) mau dipilih kembali, kalau enggak mau juga enggak apa-apa," kata dia kepada Republika.co.id, Senin (26/2).